MENGENAL GANGGUAN BELAJAR DISKALKULIA & DISGRAFIA
3:45 PM Edit This 0 Comments »
Banyak
orang tua langsung menduga anaknya bodoh atau malas ketika melihatnya mengalami
kesulitan membaca, berhitung atau mengikuti pelajaran di sekolah. Padahal, bisa
jadi si anak mengalami gangguan persarafan.
DISKALKULIA
Menurut
Jacinta F. Rini, M.Psi, dari Harmawan Consulting, Jakarta, diskalkulia
dikenal juga dengan istilah “math difficulty” karena menyangkut gangguan
pada kemampuan kalkulasi secara matematis. Kesulitan ini dapat ditinjau secara
kuantitatif yang terbagi menjadi bentuk kesulitan berhitung (counting)
dan mengkalkulasi (calculating). Anak yang bersangkutan akan menunjukkan
kesulitan dalam memahami proses-proses matematis. Hal ini biasanya ditandai
dengan munculnya kesulitan belajar dan mengerjakan tugas yang melibatkan angka
ataupun simbol matematis.
CIRI-CIRI
Inilah
beberapa hal yang bisa dijadikan pegangan:
- Tingkat perkembangan bahasa dan kemampuan lainnya normal, malah seringkali mempunyai memori visual yang baik dalam merekam kata-kata tertulis.
- Sulit melakukan hitungan matematis. Contoh sehari-harinya, ia sulit menghitung transaksi (belanja), termasuk menghitung kembalian uang. Seringkali anak tersebut jadi takut memegang uang, menghindari transaksi, atau apa pun kegiatan yang harus melibatkan uang.
- Sulit melakukan proses-proses matematis, seperti menjumlah, mengurangi, membagi, mengali, dan sulit memahami konsep hitungan angka atau urutan.
- Terkadang mengalami disorientasi, seperti disorientasi waktu dan arah. Si anak biasanya bingung saat ditanya jam berapa sekarang. Ia juga tidak mampu membaca dan memahami peta atau petunjuk arah.
- Mengalami hambatan dalam menggunakan konsep abstrak tentang waktu. Misalnya, ia bingung dalam mengurut kejadian masa lalu atau masa mendatang.
- Sering melakukan kesalahan ketika melakukan perhitungan angka-angka, seperti proses substitusi, mengulang terbalik, dan mengisi deret hitung serta deret ukur.
- Mengalami hambatan dalam mempelajari musik, terutama karena sulit memahami notasi, urutan nada, dan sebagainya.
- Bisa juga mengalami kesulitan dalam aktivitas olahraga karena bingung mengikuti aturan main yang berhubungan sistem skor.
FAKTOR
PENYEBAB
Ada
beberapa faktor yang melatarbelakangi gangguan ini, di antaranya:
1.
Kelemahan pada proses penglihatan atau visual
Anak
yang memiliki kelemahan ini kemungkinan besar akan mengalami diskalkulia. Ia
juga berpotensi mengalami gangguan dalam mengeja dan menulis dengan tangan.
2.
Bermasalah dalam hal mengurut informasi
Seorang
anak yang mengalami kesulitan dalam mengurutkan dan mengorganisasikan informasi
secara detail, umumnya juga akan sulit mengingat sebuah fakta, konsep ataupun
formula untuk menyelesaikan kalkulasi matematis. Jika problem ini yang menjadi
penyebabnya, maka anak cenderung mengalami hambatan pada aspek kemampuan
lainnya, seperti membaca kode-kode dan mengeja, serta apa pun yang membutuhkan
kemampuan mengingat kembali hal-hal detail.
3.
Fobia matematika
Anak
yang pernah mengalami trauma dengan pelajaran matematika bisa kehilangan rasa
percaya dirinya. Jika hal ini tidak diatasi segera, ia akan mengalami kesulitan
dengan semua hal yang mengandung unsur hitungan.
CARA
PENANGGULANGAN
Diagnosa
diskalkulia harus dilakukan oleh spesialis yang berkompeten di bidangnya
berdasarkan serangkaian tes dan observasi yang valid dan terpercaya. Bentuk
terapi atau treatment yang akan diberikan pun harus berdasarkan evaluasi
terhadap kemampuan dan tingkat hambatan anak secara detail dan menyeluruh.
Bagaimanapun,
kesulitan ini besar kemungkinan terkait dengan kesulitan dalam aspek-aspek
lainnya, seperti disleksia. Perbedaan derajat hambatan akan membedakan tingkat treatment
dan strategi yang diterapkan. Selain penanganan yang dilakukan ahli, orang tua
pun disarankan melakukan beberapa latihan yang dapat mengurangi gangguan
belajar, yaitu:
- Cobalah memvisualisasikan konsep matematis yang sulit dimengerti, dengan menggunakan gambar ataupun cara lain untuk menjembatani langkah-langkah atau urutan dari proses keseluruhannya.
- Bisa juga dengan menyuarakan konsep matematis yang sulit dimengerti dan minta si anak mendengarkan secara cermat. Biasanya anak diskalkulia tidak mengalami kesulitan dalam memahami konsep secara verbal.
- Tuangkan konsep matematis ataupun angka-angka secara tertulis di atas kertas agar anak mudah melihatnya dan tidak sekadar abstrak. Atau kalau perlu, tuliskan urutan angka-angka itu untuk membantu anak memahami konsep setiap angka sesuai dengan urutannya.
- Tuangkan konsep-konsep matematis dalam praktek serta aktivitas sederhana sehari-hari. Misalnya, berapa sepatu yang harus dipakainya jika bepergian, berapa potong pakaian seragam sekolahnya dalam seminggu, berapa jumlah kursi makan yang diperlukan jika disesuaikan dengan anggota keluarga yang ada, dan sebagainya.
- Sering-seringlah mendorong anak melatih ingatan secara kreatif, entah dengan cara menyanyikan angka-angka, atau cara lain yang mempermudah menampilkan ingatannya tentang angka.
- Pujilah setiap keberhasilan, kemajuan atau bahkan usaha yang dilakukan oleh anak.
- Lakukan proses asosiasi antara konsep yang sedang diajarkan dengan kehidupan nyata sehari-hari, sehingga anak mudah memahaminya.
- Harus ada kerja sama terpadu antara guru dan orang tua untuk menentukan strategi belajar di kelas, memonitor perkembangan dan kesulitan anak, serta melakukan tindakan-tindakan yang perlu untuk memfasilitasi kemajuan anak. Misalnya, guru memberi saran tertentu pada orang tua dalam menentukan tugas di rumah, buku-buku bacaan, serta latihan yang disarankan.
DISGRAFIA
Kelainan
neurologis ini menghambat kemampuan menulis yang meliputi hambatan secara
fisik, seperti tidak dapat memegang pensil dengan mantap ataupun tulisan tangannya
buruk. Anak dengan gangguan disgrafia sebetulnya mengalami kesulitan dalam
mengharmonisasikan ingatan dengan penguasaan gerak ototnya secara otomatis saat
menulis huruf dan angka.
Kesulitan
dalam menulis biasanya menjadi problem utama dalam rangkaian gangguan belajar,
terutama pada anak yang berada di tingkat SD. Kesulitan dalam menulis
seringkali juga disalahpersepsikan sebagai kebodohan oleh orang tua dan guru.
Akibatnya, anak yang bersangkutan frustrasi karena pada dasarnya ia ingin
sekali mengekspresikan dan mentransfer pikiran dan pengetahuan yang sudah
didapat ke dalam bentuk tulisan. Hanya saja ia memiliki hambatan.
Sebagai
langkah awal dalam menghadapinya, orang tua harus paham bahwa disgrafia bukan
disebabkan tingkat intelegensi yang rendah, kemalasan, asal-asalan menulis, dan
tidak mau belajar. Gangguan ini juga bukan akibat kurangnya perhatian orang tua
dan guru terhadap si anak, ataupun keterlambatan proses visual motoriknya.
CIRI-CIRI
Ada
beberapa ciri khusus anak dengan gangguan ini. Di antaranya adalah:
- Terdapat ketidakkonsistenan bentuk huruf dalam tulisannya.
- Saat menulis, penggunaan huruf besar dan huruf kecil masih tercampur.
- Ukuran dan bentuk huruf dalam tulisannya tidak proporsional.
- Anak tampak harus berusaha keras saat mengkomunikasikan suatu ide, pengetahuan, atau pemahamannya lewat tulisan.
- Sulit memegang bolpoin maupun pensil dengan mantap. Caranya memegang alat tulis seringkali terlalu dekat bahkan hampir menempel dengan kertas.
- Berbicara pada diri sendiri ketika sedang menulis, atau malah terlalu memperhatikan tangan yang dipakai untuk menulis.
- Cara menulis tidak konsisten, tidak mengikuti alur garis yang tepat dan proporsional.
- Tetap mengalami kesulitan meskipun hanya diminta menyalin contoh tulisan yang sudah ada.
MEMBANTU
ANAK DISGRAFIA
Ada
beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua untuk membantu anak dengan gangguan
ini. Di antaranya:
1.
Pahami keadaan anak
Sebaiknya
pihak orang tua, guru, atau pendamping memahami kesulitan dan keterbatasan yang
dimiliki anak disgrafia. Berusahalah untuk tidak membandingkan anak seperti itu
dengan anak-anak lainnya. Sikap itu hanya akan membuat kedua belah pihak, baik
orang tua/guru maupun anak merasa frustrasi dan stres. Jika memungkinkan,
berikan tugas-tugas menulis yang singkat saja. Atau bisa juga orang tua meminta
kebijakan dari pihak sekolah untuk memberikan tes kepada anak dengan gangguan
ini secara lisan, bukan tulisan.
2.
Menyajikan tulisan cetak
Berikan
kesempatan dan kemungkinan kepada anak disgrafia untuk belajar menuangkan ide
dan konsepnya dengan menggunakan komputer atau mesin tik. Ajari dia untuk
menggunakan alat-alat agar dapat mengatasi hambatannya. Dengan menggunakan
komputer, anak bisa memanfaatkan sarana korektor ejaan agar ia mengetahui
kesalahannya.
3.
Membangun rasa percaya diri anak
Berikan
pujian wajar pada setiap usaha yang dilakukan anak. Jangan sekali-kali
menyepelekan atau melecehkan karena hal itu akan membuatnya merasa rendah diri
dan frustrasi. Kesabaran orang tua dan guru akan membuat anak tenang dan sabar
terhadap dirinya dan terhadap usaha yang sedang dilakukannya.
4.
Latih anak untuk terus menulis
Libatkan
anak secara bertahap, pilih strategi yang sesuai dengan tingkat kesulitannya
untuk mengerjakan tugas menulis. Berikan tugas yang menarik dan memang
diminatinya, seperti menulis surat untuk teman, menulis pada selembar kartu
pos, menulis pesan untuk orang tua, dan sebagainya. Hal ini akan meningkatkan
kemampuan menulis anak disgrafia dan membantunya menuangkan konsep abstrak
tentang huruf dan kata dalam bentuk tulisan konkret.
0 comments:
Post a Comment