ASUHAN KEPERAWATAN PADA PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN
4:15 PM Edit This 0 Comments »
Oleh : Supatmi, S.Kep.,Ns
1. RIWAYAT KESEHATAN
R
|
iwayat kesehatan yang dikaji meliputi data saat ini
dan masalah yang lalu. Perawat mengkaji klien atau keluarga dan berfokus kepada
manifestasi klinik dari keluhan utama, kejadian yang membuat kondisi sekarang
ini, riwayat perawatan dahulu, riwayat keluarga dan riwayat psikososial.
Riwayat kesehatan dimulai dari biografi klien, dimana
aspek biografi yang sangat erat hubungannya dengan gangguan oksigenasi mencakup
usia, jenis kelamin, pekerjaan (terutama yang berhubungan dengan kondisi tempat
kerja) dan tempat tinggal. Keadaan tempat tinggal mencakup kondisi tempat
tinggal serta apakah klien tinggal sendiri atau dengan orang lain yang nantinya
berguna bagi perencanaan pulang (“Discharge Planning”).
a. KELUHAN UTAMA
Keluhan utama akan menentukan prioritas intervensi dan
mengkaji pengetahuan klien tentang kondisinya saat ini. Keluhan utama yang
biasa muncul pada klien gangguan kebutuhan oksigen dan karbondioksida antara
lain : batuk, peningkatan produksi sputum, dyspnea, hemoptysis, wheezing,
Stridor dan chest pain.
1) Batuk (Cough)
Batuk merupakan gejala utama pada klien dengan
penyakit sistem pernafasan. Tanyakan berapa lama klien batuk (misal 1 minggu, 3
bulan). Tanyakan juga bagaimana hal tersebut timbul dengan waktu yang spesifik
(misal : pada malam hari, ketika bangun tidur) atau hubungannya dengan
aktifitas fisik. Tentukan batuk tersebut apakah produktif atau non produktif,
kongesti, kering.
2) Peningkatan Produksi
Sputum.
Sputum merupakan suatu substansi yang keluar bersama
dengan batuk atau bersihan tenggorok. Trakeobronkial tree secara normal
memproduksi sekitar 3 ons mucus sehari sebagai bagian dari mekanisme
pembersihan normal (“Normal Cleansing Mechanism”). Tetapi produksi
sputum akibat batuk adalah tidak normal. Tanyakan dan catat warna, konsistensi,
bau dan jumlah dari sputum karena hal-hal tersebut dapat menunjukkan keadaan
dari proses patologik. Jika infeksi timbul sputum dapat berwarna kuning atau
hijau, sputum mungkin jernih, putih atau kelabu. Pada keadaan edema paru sputum
akan berwarna merah mudah, mengandung darah dan dengan jumlah yang banyak.
3) Dyspnea
Dyspnea merupakan suatu persepsi kesulitan untuk
bernafas/nafas pendek dan merupakan perasaan subjektif klien. Perawat mengkaji
tentang kemampuan klien untuk melakukan aktifitas. Contoh ketika klien berjalan
apakah dia mengalami dyspnea ?. kaji juga kemungkinan timbulnya paroxysmal
nocturnal dyspnea dan orthopnea, yang berhubungan dengan penyakit paru kronik
dan gagal jantung kiri.
4) Hemoptysis
Hemoptysis adalah darah yang keluar dari mulut dengan
dibatukkan. Perawat mengkaji apakah darah tersebut berasal dari paru-paru,
perdarahan hidung atau perut. Darah yang berasal dari paru biasanya berwarna
merah terang karena darah dalam paru distimulasi segera oleh refleks batuk.
Penyakit yang menyebabkan hemoptysis antara lain : Bronchitis Kronik,
Bronchiectasis, TB Paru, Cystic fibrosis, Upper airway necrotizing granuloma,
emboli paru, pneumonia, kanker paru dan abses paru.
5) Chest Pain
Chest pain (nyeri dada) dapat berhubungan dengan
masalah jantung dan paru. Gambaran yang lengkap dari nyeri dada dapat menolong
perawat untuk membedakan nyeri pada pleura, muskuloskeletal, cardiac dan
gastrointestinal. Paru-paru tidak mempunyai saraf yang sensitif terhadap nyeri,
tetapi iga, otot, pleura parietal dan trakeobronkial tree mempunyai hal
tersebut. Dikarenakan perasaan nyeri murni adalah subjektif, perawat harus
menganalisis nyeri yang berhubungan dengan masalah yang menimbulkan nyeri
timbul.
b. RIWAYAT KESEHATAN MASA
LALU
Perawat menanyakan tentang riwayat penyakit pernafasan
klien. Secara umum perawat menanyakan tentang :
1). Riwayat merokok : merokok sigaret
merupakan penyebab penting kanker paru-paru, emfisema dan bronchitis kronik.
Semua keadaan itu sangat jarang menimpa non perokok. Anamnesis harus mencakup
hal-hal :
a) Usia mulainya merokok secara
rutin.
b) Rata-rata jumlah rokok yang
dihisap perhari
c) Usia melepas kebiasaan merokok.
2) Pengobatan saat ini dan masa lalu
3) Alergi
4) Tempat tinggal
c. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Tujuan menanyakan riwayat keluarga dan sosial pasien
penyakit paru-paru sekurang-kurangnya ada tiga, yaitu :
1) Penyakit infeksi tertentu :
khususnya tuberkulosa, ditularkan melalui satu orang ke orang lainnya; jadi
dengan menanyakan riwayat kontak dengan orang terinfeksi dapat diketahui sumber
penularannya.
2) Kelainan alergis, seperti asthma
bronchial, menunjukkan suatu predisposisi keturunan tertentu; selain itu
serangan asthma mungkin dicetuskan oleh konflik keluarga atau kenalan dekat.
3) Pasien bronchitis kronik mungkin
bermukim di daerah yang polusi udaranya tinggi. Tapi polusi udara tidak
menimbulkan bronchitis kronik, hanya memperburuk penyakit tersebut.
2. REVIEW SISTEM (Head to
Toe)
a. Inspeksi
1). Pemeriksaan dada dimulai dari
thorax posterior, klien pada posisi duduk.
2) . Dada diobservasi dengan
membandingkan satu sisi dengan yang lainnya.
3) . Tindakan dilakukan dari atas
(apex) sampai ke bawah.
4). Inspeksi thorax poterior terhadap
warna kulit dan kondisinya, skar, lesi, massa, gangguan tulang belakang seperti
: kyphosis, scoliosis dan lordosis.
5). Catat jumlah, irama, kedalaman
pernafasan, dan kesimetrisan pergerakan dada.
6). Observasi type pernafasan,
seperti : pernafasan hidung atau pernafasan diafragma, dan penggunaan otot
bantu pernafasan.
7). Saat mengobservasi respirasi,
catat durasi dari fase inspirasi (I) dan fase ekspirasi (E). ratio pada fase
ini normalnya 1 : 2. Fase ekspirasi yang memanjang menunjukkan adanya obstruksi
pada jalan nafas dan sering ditemukan pada klien Chronic Airflow Limitation
(CAL)/COPD
Kaji konfigurasi dada dan bandingkan
diameter anteroposterior (AP) dengan diameter lateral/tranversal (T). ratio ini
normalnya berkisar 1 : 2 sampai 5 : 7, tergantung dari cairan tubuh klien.
8) Kelainan pada bentuk dada :
a) Barrel Chest
Timbul akibat terjadinya overinflation paru. Terjadi
peningkatan diameter AP : T (1:1), sering terjadi pada klien emfisema.
b) Funnel Chest (Pectus
Excavatum)
Timbul jika terjadi depresi dari bagian bawah dari
sternum. Hal ini akan menekan jantung dan pembuluh darah besar, yang
mengakibatkan murmur. Kondisi ini dapat timbul pada ricketsia, marfan’s
syndrome atau akibat kecelakaan kerja.
c) Pigeon Chest (Pectus
Carinatum)
Timbul sebagai akibat dari ketidaktepatan sternum,
dimana terjadi peningkatan diameter AP. Timbul pada klien dengan kyphoscoliosis
berat.
d) Kyphoscoliosis
Terlihat dengan adanya elevasi scapula. Deformitas ini
akan mengganggu pergerakan paru-paru, dapat timbul pada klien dengan
osteoporosis dan kelainan muskuloskeletal lain yang mempengaruhi thorax.
Kiposis : meningkatnya kelengkungan normal
kolumna vertebrae torakalis menyebabkan klien tampak bongkok.
Skoliosis : melengkungnya vertebrae torakalis
ke lateral, disertai rotasi vertebral
10) Observasi kesimetrisan pergerakan
dada. Gangguan pergerakan atau tidak adekuatnya ekspansi dada mengindikasikan
penyakit pada paru atau pleura.
11) Observasi retraksi abnormal ruang
interkostal selama inspirasi, yang dapat mengindikasikan obstruksi jalan
nafas.
b. Palpasi
Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada
dan mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit dan mengetahui
vocal/tactile premitus (vibrasi).
Palpasi thoraks untuk mengetahui
abnormalitas yang terkaji saat inspeksi seperti : massa, lesi, bengkak.
Kaji juga kelembutan kulit, terutama
jika klien mengeluh nyeri.
Vocal premitus : getaran dinding dada
yang dihasilkan ketika berbicara.
c. Perkusi
Perawat melakukan perkusi untuk
mengkaji resonansi pulmoner, organ yang ada disekitarnya dan pengembangan
(ekskursi) diafragma.
Jenis suara perkusi :
Suara perkusi normal :
Resonan (Sonor)
Dullness
Tympany
|
: bergaung, nada rendah.
Dihasilkan pada jaringan paru normal.
: dihasilkan di atas bagian jantung
atau paru.
: musikal, dihasilkan di atas perut yang berisi udara.
|
Suara Perkusi Abnormal :
Hiperresonan
Flatness
|
: bergaung lebih rendah dibandingkan
dengan resonan dan timbul pada bagian paru yang abnormal berisi udara.
: sangat dullness dan oleh karena
itu nadanya lebih tinggi. Dapat didengar pada perkusi daerah paha, dimana
areanya seluruhnya berisi jaringan.
|
d. Auskultasi
Merupakan pengkajian yang sangat
bermakna, mencakup mendengarkan suara nafas normal, suara tambahan (abnormal),
dan suara.
Suara nafas normal dihasilkan dari
getaran udara ketika melalui jalan nafas dari laring ke alveoli, dengan sifat
bersih
Suara nafas normal :
a) Bronchial : sering juga disebut dengan “Tubular sound” karena
suara ini dihasilkan oleh udara yang melalui suatu tube (pipa), suaranya
terdengar keras, nyaring, dengan hembusan yang lembut. Fase ekspirasinya lebih
panjang daripada inspirasi, dan tidak ada henti diantara kedua fase tersebut.
Normal terdengar di atas trachea atau daerah suprasternal notch.
b) Bronchovesikular
: merupakan gabungan dari suara
nafas bronchial dan vesikular. Suaranya terdengar nyaring dan dengan intensitas
yang sedang. Inspirasi sama panjang dengan ekspirasi. Suara ini terdengar di
daerah thoraks dimana bronchi tertutup oleh dinding dada.
c) Vesikular : terdengar lembut, halus, seperti angin
sepoi-sepoi. Inspirasi lebih panjang dari ekspirasi, ekspirasi terdengar
seperti tiupan.
Suara nafas tambahan :
d) Wheezing
: terdengar selama inspirasi
dan ekspirasi, dengan karakter suara nyaring, musikal, suara terus menerus yang
berhubungan dengan aliran udara melalui jalan nafas yang menyempit.
e) Ronchi : terdengar selama fase inspirasi dan
ekspirasi, karakter suara terdengar perlahan, nyaring, suara mengorok
terus-menerus. Berhubungan dengan sekresi kental dan peningkatan produksi
sputum
f) Pleural friction rub : terdengar saat inspirasi dan
ekspirasi. Karakter suara : kasar, berciut, suara seperti gesekan akibat dari
inflamasi pada daerah pleura. Sering kali klien juga mengalami nyeri saat
bernafas dalam.
g) Crackles
Fine crackles : setiap fase lebih sering terdengar
saat inspirasi. Karakter suara meletup, terpatah-patah akibat udara melewati daerah
yang lembab di alveoli atau bronchiolus. Suara seperti rambut yang digesekkan.
Coarse crackles : lebih menonjol saat ekspirasi.
Karakter suara lemah, kasar, suara gesekan terpotong akibat terdapatnya cairan
atau sekresi pada jalan nafas yang besar. Mungkin akan berubah ketika klien
batuk.
3. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
Kaji tentang aspek kebiasaan hidup
klien yang secara signifikan berpengaruh terhadap fungsi respirasi. Beberapa
kondisi respiratory timbul akibat stress.
Penyakit pernafasan kronik dapat menyebabkan
perubahan dalam peran keluarga dan hubungan dengan orang lain, isolasi sosial,
masalah keuangan, pekerjaan atau ketidakmampuan.
Dengan mendiskusikan mekanisme
koping, perawat dapat mengkaji reaksi klien terhadap masalah stres psikososial
dan mencari jalan keluarnya.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan gangguan
oksigenasi yang mencakup ventilasi, difusi dan transportasi, sesuai dengan
klasifikasi NANDA (2005) dan pengembangan dari penulis antara lain :
1. Bersihan Jalan nafas tidak
efektif (Kerusakan pada fisiologi Ventilasi)
Adalah suatu kondisi dimana individu tidak mampu untuk batuk secara
efektif.
2. Kerusakan pertukaran gas
(Kerusakan pada fisiologi Difusi)
Kondisi dimana terjadinya penurunan intake gas antara alveoli dan
sistem vaskuler
3. Pola nafas tidak efektif
(Kerusakan pada fisiologi Transportasi)
Adalah Suatu kondisi tidak adekuatnya ventilasi
berhubungan dengan perubahan pola nafas. Hiperpnea atau hiperventilasi akan
menyebabkan penurunan PCO2
*************************** Selamat Mempelajari
**************************
0 comments:
Post a Comment