Anti Kanker

6:04 PM Edit This 0 Comments »


Kanker ialah suatu penyakit sel dengan ciri gangguan atau kegagalan mekanisme pengatur multiplikasi dan fungsi homeostasis lainnya pada organisme multiseluler.

Sifat umum dari kanker ialah sbb:
(1) pertumbuhan berlebihan umumnya berbentuk tumor;
(2) gangguan diferensiasi dari sel dan jaringan sehingga mirip jaringan mudigah;
(3) bersifat invasif, mampu tumbuh di jaringan sekitarnya (perbedaan pokok dengan jaringan normal);
(4) bersifat metastatik, menyebar ke tempat lain dan menyebabkan pertumbuhan baru;
(5) memiliki heriditas bawaan yaitu turunan sel kanker juga dapat menimbulkan kanker;
(6) pergeseran metabolisme ke arah pembentukan makromolekul dari nukleosida dan asam amino serta peningkatan katabolisme karbohidrat untuk energi sel.

Sel kanker mengganggu tuan rumah karena menyebabkan :
(1) desakan akibat pertumbuhan tumor;
(2) penghancuran jaringan tempat tumor berkembang atau bermetastasis; dan
(3) gangguan sistemik lain sebagai akibat sekunder dari pertumbuhan sel kanker.

Kanker merupakan penyebab kematian kedua setelah penyakit kardiovaskular.Kanker merupakan penyebab utama kematian pada wanita 30-54 th dan anak-anak 3-14 th.Dengan metode pengobatn pada saat ini, 1/3 jumlah pasien tertolong melalui pembedahan dan terapi radiasi.Kesembuhan hampir seluruhnya terjadi pada pasien yang penyakitnya belum menyebar pada saat pembedahan. Diagnosis lebih dini makin meningkatkan penyembuhan.

Perlu ditekankn bahwa penyembuhan dangan kemoterapi saja baru dapat tercapai pada tumor yang jarang dijumpai. Pada kanker payudara stadium II dan sarkoma osteogenik, kombinasi pembedahan dan kemoterapi sangat bermanfaat, pada kasus demikian, kemoterapi ajuvan dpt memberi remisi jangka panjang.

Setelah terjadi metastasis dibutuhkan pendekatan sistemik melalui kemoterapi kanker, di samping pembedahan, radiasi dan kemoterapi ajuvan. Pd keadaan ini, pengobatan tidak menyembuhkan tetapi hanya bersifat paliatif terhadap gejala, pencegahan komplikasi, support psikologik dan perpanjangan hidup yang berarti. Antikanker diharapkan memiliki toksisitas selektif artinya menghancurkan sel kanker tanpa merusak sel jaringan normal. Pd umumnya antineoplastik menekan pertumbuhan atau proliferasi sel dan menimbulkan toksisitas, karena menghambat pembelahan sel normal yang proliferasinya cepat misalnya sumsum tulang, epitel germinativum, mukosa saluran cerna, folikel rambut dan jaringan limfosit.

Terapi dikatakan berhasil baik, bila dosis yang digunakan dapat mematikan sel tumor yang ganas dan tdk mengganggu sel normal yg berproliferasi.Informasi baru mengenai kinetik sel dan massa sel tumor dapat menjelaskan keterbatasan efektivitas kebanyakan antikanker karena prinsip total cell-killed sangat penting dalam keberhasilan terapi keganasan ini. Matinya sel tumor oleh antikanker mengikuti kinetik orde pertama artinya obat tersebut membasmi sel sebanyak persentase tertentu setiap kalinya. Misalnya pada pasien kanker metastatik mungkin terdapat lebih dari 1012 sel kanker dan sekiranya suatu antikanker dapat membasmi 99,99% sel kanker maka masih tertinggal sebanyak 108 sel kanker. Berbeda dengan infeksi bakteri, sisa sel kanker yang tidak terbasmi ini tidak dapat diatasi oleh faktor pertahanan tubuh dan dapat menyebabkan relaps.

Pasien yang keadaan umumnya masih baik, paling mendapat manfaat dari pengobatan, sedangkan yang keadaan umumnya buruk, paling sedikit.Status imunologik pasien khususnya imunitas selular berkorelasi baik dengan hasil pengobatan. Pasien yang imunitas selularnya tidak terganggu memberikn respons baik terhadap pengobatan, sebaliknya yang imunokompetensinya rendah menunjukkan respons buruk. Hasil pengobatan ulang umumnya lebih buruk daripada pengobatan terdahulu.

HUBUNGAN KERJA ANTIKANKER DG SIKLUS SEL KANKER

Sel tumor dapat berada dalam 3 keadaan:
(1) yang sedang membelah (siklus proliferatif)
(2) yang dlm keadaan istirahat (tadak membelah, Go)
(3) yang secara permanen tidak membelah.

Sel tumor yg sedang membelah terdapat dlm beberapa fase:
fase mitosis (M),
pascamitosis (G1),
fase sintesis DNA (fase S),
fase pramitosis (G2).

keterangan:
Pada akhir fase G1 terjadi peningkatan RNA disusul dg fase S yg merpkan saat terjadinya replikasi DNA. Setelah fase S berakhir sel masuk dlm fase pramitosis (G2) dg ciri: sel berbtk tetraploid, mengandung DNA dua kali lbh banyak dp sel fase lain dan masih berlangsungnya sintesis RNA dan protein. Sewaktu mitosis berlangsung (fase M) sintesis protein dan RNA berkurang secara tiba-tiba, dan terjadi pembelahan menjadi 2 sel. Setelah itu sel dapat memasuki interfase untuk kembali memasuki fase G1, saat sel berproliferasi atau memasuki fase istirahat (Go).
Sel dlm fase Go yg masih potensial utk berproliferasi disebut sel klonogenik atau sel induk (stem cell).

Jadi yg menambah jml sel kanker ialah sel yg dlm siklus proliferasi dan dlm fase Go.
Ditinjau dari siklus sel, obat dpt digolongkan dlm 2 gol:

1) Yg memperlihatkan toksisitas selektif thd fase ttt dr siklus sel dan disbt zat cell cycle specific (CSS), misl vinkristin, vinblastin, merkaptopurin, hidroksiurea, metotreksat dan asparaginase. Zat CSS ini efektif thd kanker yg berproliferasi tinggi misal kanker sel darah.

2) Zat cell cycle-nonspecific (CCNS) misal zat alkilator, antibiotik antikanker (daktinomisin, daunorubisin, doksorubisin, plikamisin, mitomisin), sisplatin, prokarbazin dan nitrosourea.

Dlm penelitian didptkan bhw terjadi sinergisme antara vinblastin dan sitarabin yg diberikan 16 jam kmd pd tikus dg sel leukemik L 1210. Sinergisme tdk terlihat bila obat diberikan serentak. Hal tsb disebabkan vinblastin menghentikan aktivitas sel pd fase M dg akibat populasi sel berada dlm fase yg sama yaitu fase M. Kira2 16 jam setelah vinblastin diberikan, semua sel berada dlm fase S yg sensitif thd sitarabin.

KERJA ANTIKANKER PADA PROSES DALAM SEL
Kerja antikanker berdasarkan atas gangguan pd salah satu proses sel yg esensial. Karena tdk ada perbedaan kualitatif antara sel kanker dg sel normal maka semua antikanker bersifat mengganggu sel normal, bersifat sitotoksik dan bukan kankerosid atau kankerotoksik yg selektif.

ALKILATOR.

Berbagai alkilator menunjukkan persamaan cara kerja yi melalui pembtkan ion karbonium atau kompleks lain yg sangat reaktif. lkatan kovalen (alkilasi) akan terjadi dg berbagai nukleofilik penting dlm tbh misal fosfat, amino, sulfhidril, hidroksil, karboksil atau gugus imidazol. Efek sitostatik maupun efek sampingnya berhubungan langsung dg terjadinya alkilasi DNA ini.

Alkilator yg bifungsional misal mustar nitrogen dpt berikatan kovalen dg 2 gugus asam nukleat pd rantai yg berbeda membtk cross-linking shg terjadi kerusakan pd fungsi DNA. Hal ini dpt menerangkan sifat sitotoksik dan mutagenik dr alkilator.

ANTIMETABOLIT.
Antipurin dan antipirimidin mengambil tempat purin dan pirimidin dlm pembtkan nukleosida, shg mengganggu berbagai reaksi penting dlm tubuh. Penggunaannya sbg obat kanker didasarkan atas kenyataan bhw metabolisme purin dan pirimidin lbh tinggi pd sel kanker dr sel normal. Dg dmk, penghambatan sintesis DNA sel kanker lbh dr thd sel normal.

Antagonis pirimidin misal 5-fluorourasil, dlm tubuh diubah menjadi 5-fluoro-2-deoksiuridin 5'-monofosfat (FdUMP) yg menghambat timidilat sintetase dg akibat hambatan sintesis DNA. Fluorourasil juga diubah menjadi fluorouridin monofosfat (FUMP) yg langsung mengganggu sintesis RNA. Sitarabin diubah menjadi nukleosida yg berkompetisi dg metabolit normal utk diinkorporasikan ke dlm DNA. Obat ini bersifat cell cycle specific yg spesifik utk fase S dan tdk berefek thd sel yg tdk berproliferasi.

Antagonis purin misal merkaptopurin merpkan antagonis kompetitif dr enzim yg menggunakan senyawa purin sbg substrat. Suatu alternatif lain dr mekanisme kerjanya ialah pembentukan 6-metil merkaptopurin (MMPR), yg menghambat biosintesis purin, akibatnya sintesis RNA, CoA, ATP dan DNA dihambat.

Antagonis folat misalnya metotreksat menghambat dihidrofolat reduktase dg kuat dan berlangsung lama. Dihidrofolat reduktase ialah enzim yg mengkatalisis dihidrofolat (FH2) menjadi tetrahidrofolat (FH4). Tetrahidrofolat merpkan metabolit aktif dr asam folat yg berperan sbg kofaktor penting dlm berbagai reaksi transfer satu atom karbon pd sintesis protein dan asam nukleat. Efek penghambatan ini tdk dpt diatasi dg pemberian asam folat, tetapi dpt diatasi dg leukovorin (asam folinat) yg tersedia sbg kalsium leukovorin. Antagonis folat membasmi sel dlm fase S, terutama pd fase pertubuhan yg pesat. Namun dg efek penghambatan thd sintesis RNA dan protein, metotreksat menghambat sel memasuki fase S, shg bersifat swabatas (self limiting) thd efek sitotoksiknya.

ALKALOID VINKA

Zat ini berikatan secara spesifik dg tubulin, komponen protein mikrotubulus, spindle mitotik, dan memblok polimerisasinya. Akibatnya terjadi disolusi mikrotubulus, shg sel terhenti dlm metafase (spindle poison).

ANTIBIOTIK
Antrasiklin berinteraksi dg DNA, shg fungsi DNA sbg template dan pertukaran sister chromatid terganggu dan pita DNA putus. Antrasiklin juga bereaksi dg sitokrom P450 reduktase yg dg adanya MADPH membtk zat perantara, yg kmd bereaksi dg oksigen menghasilkan radikal bebas yg menghancurkan sel. Pembtkan radikal bebas in dirangsang oleh adanya Fe.

Aktinomisin memblok polimerase RNA yg dependen thd DNA, karena terbtknya kompleks antara obat dg DNA. Bleomisin bersifat sitotoksik berdasarkan daya memecah DNA
Asparaginase. Obat ini ialah suatu enzim katalisator yg berperan dlm hidrolisis asparagin menjadi asam aspartat dan amonia. Dg dmk sel kanker kekurangan asparagin yg berakibat kematian.

EFEK NONTERAPI
Antikanker merupakan obat yang indeks terapinya sempit. Semuanya dapat menyebabkan efek toksik berat, yang mungkin sampai menyebabkan kematian secara langsung maupun tidak langsung. Karena antikanker umumnya bekerja pada sel yang sedang aktif, maka efek sampingnya juga terutama. mengenai jaringan dengan proliferasi tinggi yaitu: sistem hemopoetik dan gastrointestinal.

EFEK NON TERAPI KHUSUS DARI BEBERAPA ANTIKANKER
Alkilator dpt menyebabkan depresi hemopoetik yg ireversibel, terutama bila diberikan setelah pengobatan antikanker lain atau setelah radiasi. Siklofosfamid paling kurang menyebabkan trombositopenia dibanding dg alkilator lain.

Antimetabolit, selain menyebabkan depresi hemopoetik dan gangguan saluran cerna, sering menyebabkan stomatitis aftosa. Efek samping ini paling sering terjadi setelah pemberian metotreksat, fluorourasil dan sesekali setelah pemberian merkaptopurin. Antimetabolit dikontraindikasikan pd pasien dg status gizi buruk, leukopenia berat atau trombosifopenia. Kondisi ini cenderung terjadi pd pasien yg baru mengalami pembedahan, radiasi atau akibat pengobatan dg sitostatik.

Asparaginase toksik thd hati, ginjal, pankreas, SSP dan mekanisme pembekuan darah. Gangguan pd hati terjadi pada 50% kasus. L-asparaginase menekan sistem imun dan terlihat dr hambatannya pd sintesis antibodi dan proses imun lainnya.

BEBERAPA ANTIKANKER UTAMA

1. KLORAMBUSIL
Klorambusil (Leukeran) merpkan mustar nitrogen yg kerjanya paling lambat dan paling tidak toksik. Obat ini berguna utk pengobatan paliatif leukemia limfositik kronik dan penyakit Hodgkin (stadium III dan IV), limfoma non-Hodgkin, mieloma multipel makroglobulinemia primer (Waldenstrom), dan dlm kombinasi dg metotreksat atau daktinomisin pd karsinoma testis dan ovarium.Depresi sumsum tulang terjadi pada pengobatan jangka panjang secara bertahap berupa leukopenia, trombositopenia dan anemia. Mielosupresi ini umumnya bersifat reversibel.

2. SIKLOFOSFAMID
Siklofosfamid, alkilator yang paling banyak digunakan,ialah ester fosfamid siklik mekloretamin. Obat Ini bersifat nonspesifik thd siklus sel dan efektif thd penyakit Hodgkin stadium III dan IV, serta limfoma non-Hodgkin terutama dlm kombinasi dg kortikosteroid dan vinkristin. Siklofosfamid merupakan salah satu obat primer terhadap neuroblastoma pada anak dan sering dikombinasikan dengan antikanker lain untuk leukemia limfoblastik pada anak. Kombinasinya dengan daktinomisin dan vinkristin efektif thd rabdomiosarkoma dan tumor Ewing. Siklofosfamid bersifat paliatif thd karsinoma mama, ovarium dan paru, serta menghasilkan remisi pd mieloma multipel.

3. BUSULFAN
Busulfan, suatu alkilator, merupakan obat paliatif pilihan pada leukemla mielositik kronik dan leukemia granulositik kronik. Juga berguna pada polisitemia vera dan mielofibrosis dengan metaplasia mieloid. Obat ini tidak elektif terhadap krisis blastik.Busulfan merpkan antikanker yg unik, krn tdk memperlihatkan efek farmakodinamik lain kecuali mielosupresi. Berdasarkan hal ini digunakan utk pengobatan mieloablatif pd persiapan transplantasi sumsum tulang. Pd dosis rendah, depresi selektif terlihat pd granulositopoesis dan trombopoesis, sedangkan efek thd eritropoesis terlihat pd dosis yg lbh tinggi. Efek toksik ini tdk mengenai jaringan limfoid dan epitel gastrointestinal.Depresi sumsum tulang paling sering terjadi sehingga pemeriksaan darah harus sering dilakukan. Hiperpigmentasi dapat terjadi pada pengobatan jangka panjang.

4. FLUOROURASIL
Pada saat ini, fluorourasil dan derivat deoksiribosanya yaitu floksuridin (FUDR) banyak digunakan sebagai terapi paliatif untuk karsinoma kolorektal diseminata dan karsinoma mama. Obat in hanya berguna pada tumor padat (solid). Sebagai obat tunggal, respons untuk kedua kanker tersebut hanya 20 dan 30% . Bila diberikan dalam regimen CMF (sikiofoslamid, metotreksat, fluorourasil) atau CAF (siklofosfamid, adriamisin, fluorourasil), fluorourasil merupakan pilihan kemoterapi ajuvant untuk karsinoma mama. Fluorourasil juga berguna pada karsinoma ovarium, prostat, kepala, leher, pankreas, esotagus dan hepatoma.

5. SITARABIN
Sitarabin ialah suatu nukleosid sintetik yang merupakan analog pirimidin. Berbeda dengan nukleosid alami, gugus gulanya bukan ribosa atau de-oksiribosa melainkan arabinosid. Dalam tubuh, sitarabin diubah menjadi derivat nukleosid trifosfa! (araCTP) yang menghambat enzim DNA polymerase dan di-inkorporasikan ke dalam DNA, sehingga terjadi terminasi pembentukan rantai DNA. Efek in terjadi pada fase S dalam siklus sel. Sitarabin efektif untuk induksi dari remisi leukemia mielositik akut pada orang dewasa maupun anak, dan untuk lirntoma non-Hodgkin dalam kombinasi dengan obat lain. Untuk leukemia limfositik akut pada anak, obat ini merupakan pilihan kedua. Obat ini juga berguna dalam krisis blastik leukemia mielositik kronik. Remisi umumnya berlangsung selama 3 bulan dan bila diberikan terapi penunjang dapat berlangsung 5-8 bulan. Untuk leukemia mielositik akut biasa dikombinasi dengan doksorubisin atau daunorubisin dan tioguanid.

6. METOTREKSAT
Metotreksat ialah analog 4-amino, N10-metil asam folat. Metotreksat sangat efektif pd koriokarsinoma, korioadenoma destruens dan mola hidatidosa. Kombinasi metotreksat dg klorambusil dan daktinomisin efektif thd karsinoma testis, limfoma limfositik stadium III dan IV terutama pd anak, dan memberikan remisi temporer pd mikosis fungoides.

Dlm kombinasi dg berbagai antikanker, metotreksat digunakan pd karsinoma mama, paru dan ovarium, timfoma Burkitt dan limfoma non-Hodgkin. Pd leukemia limfoblastik akut pada anak, metotreksat sebagai obat tunggal memberikan remisi lengkap pada 20% pasien; dlm kombinasi dg prednison remisi lengkap mencapai 80%. Utk terapi penunjang leukemia limfositik akut, metotreksat dlm kombinasi dengan markaptopurin merpkan obat terpilih. Metotreksat ialah obat primer untuk limfoma sel T kulit dan meduloblastoma.

7. VINKRISTIN
Vinkristin bersama dengan vinblastin merupakan alkaloid murni dari tanaman Vinca rosea. Obat ini terutama berguna pada leukemia limfoblastik akut dan leukemia sel induk (stem cell); limfoma malignum (penyakit Hodgkin, limfoma non-Hodgkin dan limfoma Burkitt) dan neoplasma pada anak (neuroblastoma, rabdomiosarkoma, tumor Wilms, sarkoma Ewing dan retinoblastoma). Vinkristin sering digunakan dalam kombinasi dengan antikanker lain karena jarang menyebabkan depresi hematologik; bila digunakan sebagai obat tunggal cepat menimbulkan relaps.Pemberian vinkristin sebagai obat tunggal pada leukemia limfoblastik akut pada anak memberikan remisi lengkap pada 50-60% kasus dalam 3-4 minggu. Dlm kombinasi dg prednison remisi meningkat sampai 90%, sebanding dg yg dicapai oleh kombinasi prednison-metotreksat atau dg merkaptopurin.

8. BLEOMISIN
Bleomisin merupakan sekelompok glukopeptida yang dihasilkan dan Streptomyces verticilius. Efek sitotoksiknya berdasarkan hambatan sintesis DNA. Obat ini memperlihatkan efek paliatif pada beberapa karsinoma sel skuamosa kulit, leher dan kepala (selaput lendir bukal, lidah, tonsil dan faring) serta karsinoma paru; dmk juga pd karsinoma di testis, serviks dan esofagus serta limfoma malignum.Untuk karsinoma testis, respons penyembuhan 30% dan meningkat menjadi 90% bila dikombinasi dengan vinblastin. Ditambah dengan sisplastin, remisi lengkap terjadi dan berlangsung beberapa tahun.

Berbeda dengan antikanker lainnya obat in sedikit sekali menyebabkan depresi sumsum tulang sehingga masih boleh digunakan walaupun ada depresi sumsum tulang atau digabung dengan obat yang menyebabkan depresi sumsum tulang untuk mendapatkan remisi.

9. DOKSORUBISIN
Doksorubisin (Adriamisin) diisolasi dari Streptomyces peucetius var. caesius, dan bersama daunorubisin termasuk antibiotik antrasiklin. Regresi sel kanker terjadi setelah pemberian obat ini dlm kombinasi dg berbagai sitostatik lain pd leukemia limfositik dan mielositik akut, tumor Wilms, neuroblastoma, sarkoma osteogenik dan sarkoma jaringan lunak; karsinoma mama, bronkogenik, sel transisional kandung kemih, ovarium, endometrium, serviks, prostat, dan testis; limftoma Hodgkin dan limfoma non-Hodgkin; karsinoma skuamosa leher dan kepala dan hepatoma. Efek toksiknya meliputi sistem hematopoetik, jantung, kulit dan pencernaan.

10. PROKARBAZIN
Prokarbazin ialah suatu derivat metilhidrazin yang struktur kimianya tidak mirip dengan salah satu antikanker lain. Mekanisme kerjanya belum diketahui, diduga berdasarkan alkilasi asam nukleat. Prokarbazin bersifat nonspesifik thd siklus sel. Indikasi primernya ialah untuk pengobatan penyakit Hodgkin stadium IIIB dan IV, terutama dalam kombinasi dg mekloretamin, vinkristin dan prednison (MOPP regimen).

Prokarbazin hanya diberikan pada pasien yang sebelumnya tidak mendapat kemoterapi. Remisi yang didapat sama dengan yang dicapai dengan pengobatan vinblastin dan alkilator. Mual dan muntah yang merupakan efek samping tersering pada pemberian prokarbazin biasanya berkurang setelah 1 minggu pengobatan. Anoreksia, stomatitis, disfagia dan diare lebih jarang terjadi. Pada pemberian jangka panjang depresi sumsum tulang sering terjadi, Perdarahan dapat terjadi akibat trombositopenia yaitu berupa patekia, purpura, epistaksis, hemoptisis, hematemesis dan melena.
prinsip kemoterapi.

Suatu tumor ganas hrs dianggap sbg sejml sel yg seluruhnya hrs dibasmi (total cell-killed). Perpanjangan hidup pasien berbanding langsung dg jml sel yg berhasil dibasmi dg pengobatan.

Hal-hal yg perlu dipertimbangkan dlm perencanaan pengobatan.


(1) Kanker baru dapat dideteksi bila jumlah sel kanker kira-kira 109. Jml yg dpt dibasmi diperkirakan 99,9% jadi sel kanker yg tersisa sekurang-kurangnya 106 sel. Jelas sulit mencapai pembasmian total, karena itu diperlukan pengobatan jangka panjang. Untuk membasmi sel tumor sampai jumlahnya cukup dpt dikendalikan oleh mekanisme pertahanan tubuh (105).

(2) Adanya hubungan dosis-respons yg jelas. Berkurangnya sel kanker ternyata berbanding lurus dg dosis. Di lain pihak, efek non terapi juga berbanding lurus dg dosis. Pertimbangan untung rugi harus dilakukan secara sangat cermat.

(3) Diperlukan jadwal pengobatan yang tepat. Untuk dosis total yang sama, pemberian dosis besar secara intermiten memberikan hasil yang lebih baik dan imunosupresi yang lebih ringan, dibandingkan dengan pemberian dosis kecil setiap hari. Jaringan normal memiliki kapasitas pemulihan yang lebih besar daripada jaringan tumor. Dengan dosis besar intermiten, dapat dibasmi sejumlah sel tertentu dengan pengaruh minimal terhadap jaringan sehat. Dosis ulang diberikan segera setelah terjadi pemulihan pasien dari etek samping antikanker.

(4) Kemoterapi harus dimulai sedini mungkin. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa pada keadaan dini jumlah sel kanker lebih sedikil dan fraksi sel kanker yg dlm pertumbuhan (yg sensitif thd obat) lbh besar. Selain itu kemungkinan terdptnya klonus resisten thd obat (drug resistant clonus) lbh kecil; obat lbh sukar mencapai bagian dlm tumor yg besar karena buruknya vaskularisasi; dan pasien dg tumor yg kecil umumnya masih berada dlm kondisi umum yg baik shg lbh tahan thd efek samping kemoterapi dan sistem pertahanan tubuhnya masih utuh.

(5) Kemoterapi harus tertuju kepada sel kanker tanpa menyebabkan gangguan menetap pada jaringan normal. Obat kanker yg ada pd saat in umumnya bersifat sitotoksik, baik thd sel normal maupun sel kanker. Toksisitas thd sel normal selalu terjadi. Tetapi kenyataan bhw kemoterapi dpt menghasilkan pemulihan jangka panjang pd leukemia limfositik akut membuktikan bhw penyembuhan kanker dpt dicapai dg kemoterapi. Sel-sel yg cepat berproliferasi peka thd pengobatan, tetapi untunglah kira-kira 15% sel sumsum tulang berada dlm keadaan istirahat shg tdk peka thd obat.

(6) Sifat pertumbuhan tumor ganas harus menjadi pertimbangan. Pertumbuhan tumor mengikuti fungsi Gompertzian, mula-mula bersifat eksponensial kmd bersifat lambat (banyak sel berada dalam Go). Apabila populasi tumor dikurangi misalnya dg radiasi atau penyinaran maka sel sisa berkembang secara eksponensial kembali dan menjadi lebih peka thd kemoterapi. Protokol pengobatan atas dasar tsb telah diterapkan pd manusia.

(7) Beberapa sitostatik dan hormon memperlihatkan efek selektif relatif terhadap sel dengan tipe histologik tertentu. 5- fluorourasil lebih efektif terhadap tumor gastrointestinal dp thd tumor payudara, dan bleomisin terutama efektif thd kanker kulit. Hormon kelamin terutama efektif thd tumor payudara, tumor prostal dan tumor endometrium yg fisiologik dipengaruhi hormon tsb; dmk juga kortikosteroid thd tumor limfoid.

(8) Terapi kombinasi. Dasar pemberian dua atau lebih antikanker ialah utk mendptkan sinergisme tanpa menambah toksisitas. Selain meningkatkan indeks terapi, kemoterapi kombinasi juga dpt mencegah atau menunda terjadinya resistensi thd obat ini.
Utk mencapai hasil yg baik terapi kombinasi hrs memenuhi syarat-syarat sbb:
masing-masing obat hrs memiliki mekanisme kerja yg berbeda,
efek toksik masing-masing obat hrs berbeda, shg dpt digunakan dg dosis maks yg masih dpt diterima pasien, dan masing-masing obat hrs diberikan pd masa siklus sel, di mana obatnya paling efektif.

Kemoterapi kombinasi telah terbukti efektif pada leukemia akut, penyakit Hodgkin, limfoma non-Hodgkin, karsinoma mama, karsinoma testis, karsinoma ovarium, karsinoma saluran cerna, neuroblasloma pada anak, tumor Wilms dan sarcoma osteogenik. Alkilator (klorambusil) dan vinblastin memberikan efek aditif atau sinergistik pada penyakit Hodgkin.

Kombinasi tioguanin dan sitosin arabinosid atau metotreksat dan sitosin arabinosid bekerja sinergistik untuk mengobati leukemia. Pd kombinasi ini jarak waktu antara pemberian kedua obat sangat kritis (penting) utk mencapai efek maks. Jarak waktunya tdk boleh melebihi beberapa jam saja. Satu contoh lagi di mana jarak waktu sangat penting ialah kombinasi antara metotreksat dan asparaginase. Bilamana asparaginase diberikan 24 jam setelah metotreksat, diternukan efek antikanker yang sinergistik terhadap beberapa tumor limfoid eksperimental dan leukemia limfosit akut pd manusia.

0 comments: