UROLITHIASIS
6:13 AM Edit This 0 Comments »
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
dan rahmat beliaulah penulis dapat menyelesaikan sebuah Makalah yang berjudul ”
UROLITHIASIS” dengan baik dan tepat pada waktunya.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sugeng
Jitowiyono selaku dosen mata kuliah Keperawatan Medical Bedah (KMB) II dan
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian Askep ini,
baik berupa materi-materi, pemikiran dan lain sebagainya. Sehingga makalah ini
dapat terselesaikan dengan baik. Dan penulis mengharapkan Askep ini dapat
bermanfaat nantinya bagi para pembaca.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Askep ini masih memiliki kekurangan
dan sangat jauh dari kata sempurna, seperti kata peribahasa yaitu tak ada
gading yang tak retak. Oleh karena itu, penulis mengaharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Yogyakarta, Maret 2011
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis),
sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu
pada kandung kemih mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang
saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan
uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran kemih
bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya
stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu
uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra.
Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal
kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi
pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu slauran kemih yang paling
sering terjadi.
Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia
dengan perbedaan di negara berkembang banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan
di negara maju lebih banyak dijumpai batu saluran kemih bagian atas (gunjal dan
ureter), perbedaan ini dipengaruhi status gizi dan mobilitas aktivitas
sehari-hari. Angka prevalensi rata-rata di seluruh dunia adalah 1-12 % penduduk
menderita batu saluran kemih.
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga
berhubungan dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran
kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap
(idiopatik).Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah
terjadinya batu saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan
faktor ekstrinsik.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.
Apa yang
dimaksud dengan Urolithiasis?
2.
Apa yang menyebabkan Urolithiasis?
3.
Bagaimana patofisisologi dan pathogenesis Urolithiasis?
4.
Bagaimana tanda dan gejala Urolithiasis?
5.
Bagaimana manifestasi klinik Urolithiasis?
6.
Bagaimana cara penatalaksanaan urolithiasis?
7.
Bagaimana cara pencegahan Urolithiasis?
1.3 TUJUAN
1.
Untuk mengetahui pengertian Urolithiasis.
2.
Untuk mengetahui penyebab penyakit Urolithiasis.
3.
Untuk mengetahui pathofisiologi dan pathogenesis
penyakit Urolithiasis.
4.
Untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit
Urolithiasis.
5.
Untuk mengetahui manifestasi klinik penyakit
Urolithiasis.
6.
Untuk mengetahui cara penatalaksanaan penyakit
Urolithiasis.
7.
Untuk mengetahui cara pencegahan penyakit Urolithiasis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Urolithiasis adalah adanya batu (kalkuli) di traktus
urinarius. Urolithiasis merupakan penyakit yang salah satu tanda gejalanya
adalah pembentukan batu di dalam saluran kemih.
2.2 ETIOLOGI
Factor-faktor
yang mempengaruhi pembentukan batu:
1.
Idiopatik.
2.
gangguan saluran kemih : fomisis, striktur meatus,
hipertrofi prostate, refluks vesiko-ureteral, ureterokele, konstriksi hubungan
ureteropelvik.
3.
gangguan metabolisme : hiperparatiroidisme,
hiperurisemia, hiperkalsiuria. Hiperkalsemia (kalsium serum tinggi) dan
hiperkalsiuria (kalsium urin tinggi) dapat disebabkan oleh:
§
hiperparatiroidisme
§
asidosis tubular renal
§
malignasi
§
penyakit granulamatosa (sarkoidosis,
tuberculosis), yang menyebabkan peningkatan produksi vitamin D oleh jaringan
granulamatosa.
§
Masukan vitamin D yang berlebihan.
§
Masukan susu dan alkali.
§
Penyakit mieloproliferatif (leukemia,
polisitemia, mieloma multiple), yang menyebabkan proliferasi abnormal sel darah
merah dari sumsum tulang.
4.
Infeksi saluran kemih oleh mikroorganisme berdaya
membuat urease (Proteus mirabilis).
5.
Dehidrasi : kurang minum, suhu lingkungan tinggi.
6.
Benda asing : fragmen kateter, telur sistosoma.
7.
Jaringan mati (nekrosis papil).
8.
Multifaktor : anak di negara berkembang, penderita
multitrauma.
2.3 PATOGENESIS DAN
PATOFISIOLOGI
Sebagian besar batu saluran kencing adalah idiopatik
dan dapat bersifat simtomatik ataupun asimtomatik. Teori terbentuknya batu
antara lain:
a. Teori inti matriks
Terbentuknya batu saluran kencing memerlukan adanya substansi
organic sebagai inti. Substansia organic ini terutama terdiri dari
mukopolisakarida dan mukoprotein A yang akan mempermudah kristalisasi dan
agregasi substansi pembentuk batu.
b. Teori supersaturasi
Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urin
seperti sistin, santin, asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah
terbentuknya batu.
c. Teori presipitasi-kristalisasi
Perubahan PH urin akan mempengaruhi solubilitas substansi
dalam urin. Pada urin yang bersifat asam akan mengendap sistin, santin, asam
dan garam urat, sedangkan pada urin yang bersifat alkali akan mengendap
garam-garam fosfat.
d. Teori berkurangnya factor penghambat
Berkurangnya factor penghambat seperti peptid fosfat,
pirofosfat, polifosfat, sitrat, magnesium, asam mukopolisakarid akan
mempermudah terbentuknya batu saluran kencing.
Factor
lain terutama factor eksogen dan lingkungan yang diduga ikut mempengaruhi
kalkuligenesis antara lain:
1.
Infeksi
Infeksi
saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti
pembentukan batu saluran kencing. Infeksi oleh bakteri yang memecah ureum dan
membentuk ammonium akan mengubah PH urin menjadi alkali dan akan mengendapkan
garam-garam fosfat sehingga akan mempercepat pembentukan batu yang telah ada.
2.
Obstruksi dan stasis urin
Adanya
obstruksi dan stasis urin akan mempermudah terjadinya infeksi.
3.
Jenis kelamin
Data
menunjukkan bahwa batu saluran kencing lebih banyak ditemukan pada pria.
4.
Ras
Batu
saluran kencing lebih banyak ditemukan di Afrika dan Asia
sedangkan pada penduduk Amerika dan Eropa jarang.
5.
Keturunan
Riwayat
anggota keluarga yang mempunyai batu saluran kencing mempunyai factor resiko
lebih besar menderita batu saluran kencing dibandingkan dengan tidak mempunyai
riwayat tersebut.
6.
Air minum
Memperbanyak
diuresis dengan cara banyak minum akan mengurangi kemungkinan terbentuknya
batu, sedangkan bila kurang minum menyebabkan kadar substansi dalam urin akan
meningkat dan akan mempermudah pembentukan batu. Kejenuhan air yang diminum
sesuai dengan kadar mineralnya terutama kalsium diperkirakan mempengaruhi
terbentuknya batu saluran kencing.
7.
Pekerjaan
Pekerja-pekerja
keras seperti buruh dan petani akan mengurangi kemungkinan terjadinya batu
saluran kencing daripada pekerja-pekerja yang lebih banyak duduk.
8.
Makanan
Pada
golongan masyarakat yang lebih banyak makan protein hewani angka morbiditas
batu saluran kencing berkurang, sedangkan pada golongan masyarakat dengan
kondisi social ekonominya rendah lebih sering terjadi. Penduduk vegetarian yang
kurang makan putih telur lebih sering menderita batu saluran kencing (buli-buli
dan uretra) dan hanya sedikit yang ditemukan menderita batu ginjal atau piala.
9.
Suhu
Tempat
bersuhu panas misalnya di daerah tropis di kamar mesin, meyebabkan banyak
mengeluarkan keringat, akan mengurangi produksi urin dan mempermudah pembentukan
batu saluran kencing.
2.4 TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala penyakit batu saluran kemih ditentukan
oleh letaknya, besarnya dan morfologinya. Walaupun demikian penyakit ini
mempunyai tanda umum yaitu hematuria, baik hematuria terbuka atau mikroskopik;
nyeri pinggang, sisi, atau sudut kostovertebral; pielonefritis dan atau
sistitis; pernah mengeluarkan batu kecil ketika kencing; nyeri tekan
kostovertebral; gangguan faal ginjal. Selain itu bila disertai infeksi saluran
kemih dapat juga ditemukan kelainan endapan urin bahkan mungkin demam atau
tanda sistemik lain.
2.5 MANIFESTASI
KLINIK
Manifestasi
klinik adanya batu dalam traktus urinarius bergantung pada adanya obstruksi,
infeksi, dan edema. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi,
menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta
ureter proksimal. Infeksi (pielonefritis dan sistitis yang disertai demam,
menggigil dan disuria) dapat terjadi dari iritasi batu yang terus menerus.
Batu
di piala ginjal berkaitan dengan sakit yang dalam dan terus menerus di area
kostovertebral. Hematuria dan piuria dapat dijumpai.
Batu
yang terjebak di ureter menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa, akut dan
kolik yang menyebar ke paha dan genitalia. Pasien sering merasa ingin berkemih
namun hanya sedikit urin yang keluar dan biasanya mengandung darah akibat aksi
abrasif batu.
Batu
yang terjebak dikandung kemih biasanya menyebabkan gejala iritasi dan
berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria. Jika batu menyebabkan
obstruksi pada leher kandung kemih, akan terjadi retensi urin. Jika infeksi
berhubungan dengan adanya batu, maka kondisi ini jauh lebih serius, disertai
sepsis yang mengancam kehidupan pasien.
2.6 PENATALAKSANAAN
Tujuan
dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu, menentukan jenis batu,
mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi dan mengurangi obstruksi yang
terjadi.
Indikasi
pengeluaran batu saluran kemih:
·
Obstruksi jalan kemih
·
Infeksi
·
Nyeri menetap atau nyeri berulang-ulang
·
Batu yang agaknya menyebabkan infeksi atau
obstruksi
·
Batu metabolic yang tumbuh cepat.
a. Pengurangan nyeri
Tujuan
segera dari penanganan kolik renal atau ureteral adalah untuk mengurangi nyeri
sampai penyebabnya dapat dihilangkan; morfin atau meperidin diberikan untuk
mencegah syok dan sinkop akibat nyeri yang luar biasa. Mandi air hangat diarea
panggul dapat bermanfaat. Cairan diberikan, kecuali pasien mengalami muntah
atau menderita gagal jantung kongestif atau kondisi lain yang memerlukan
pembatasan cairan. Ini meningkatkan tekanan hidrostatik pada ruang di belakang
batu sehingga mendorong pasase batu tersebut ke bawah. Masukan cairan sepanjang
hari mengurangi konsentrasi kristaloid urin, mengencerkan urin dan menjamin
haluaran urin yang besar.
b. Pengangkatan batu
Pemeriksaan
sitoskopik dan pasase kateter ureteral kecil untuk menghilangkan batu yang
menyebabkan obstruksi (jika mungkin), akan segera mengurangi tekanan-belakang
pada ginjal dan mengurangi nyeri.
c. Lithotripsi Gelombang Kejut Ekstrakorporeal
(ESWL)
Adalah
prosedur noninvasive yang digunakan untuk menghancurkan batu di kaliks ginjal.
Setelah batu tersebut pecah menjadi bagian yang kecil seperti pasir, sisa
batu-batu tersebut dikeluarkan secara spontan.
d. Metode Endourologi Pengangkatan Batu
Mengangkat
batu renal tanpa pembedahan mayor. Nefrostomi perkutan (atau nefrolitotomi
perkutan) dilakukan dan nefroskop dimasukkan ke traktus perkutan yang sudah
dilebarkan ke dalam parenkim ginjal.
e. Ureteroskopi
Mencakup
visualisasi dan aksis ureter dengan memasukkan suatu alat ureteroskop melalui
sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan menggunakan laser, lithotripsy
elektrohidraulik atau ultrasound kemudian diangkat.
f.
Pelarutan
batu
Infus
cairan kemolitik (misal: agen pembuat asam dan basa) untuk melarutkan batu
dapat dilakukan sebagai alternative penanganan untuk pasien kurang beresiko
terhadap terapi lain dan menolak metode lain, atau mereka yang memiliki batu
yang mudah larut (struvit).
g. Pengangkatan batu
Jika
batu terletak didalam ginjal, pembedahan dilakukan dengan nefrolitotomi (insisi
pada ginjal untuk mengangkat batu) atau nefrektomi, jika ginjal tidak berfungsi akibat infeksi atau hidronefrosis.
Batu dalam piala ginjal diangkat dengan pielolitotomi, sedangkan batu pada ureter diangkat dengan ureterolitotomi dan sistotomi
jika batu berada dikandung kemih. Jika batu berada dikandung kemih; suatu alat
dapat dimasukkan ke uretra ke dalam kandung kemih; batu kemudian dihancurkan
oleh penjepit pada alat ini. prosedur ini disebut sistolitolapaksi.
2.7 PENCEGAHAN
Batu
ginjal terutama mengandung kalsium, fosfor dan atau oksalat. Pencegahan batu
ginjal makanan dan minuman yang harus dibatasi:
·
Makanan kaya vitamin D harus dihindari (vitamin
D meningkatkan reabsorpsi kalsium).
·
Garam meja dan makanan tinggi natrium harus
dikurangi (Na bersaing dengan Ca dalam reabsorpsinya diginjal).
·
Daftar makanan berikut harus dihindari :
-
Produk susu: semua keju (kecuali keju yang lembut dan
keju batangan); susu dan produk susu (lebih dari ½ cangkir per hari); krim asam
(yoghurt).
-
Daging, ikan, unggas: otak, jantung, hati, ginjal,
sardine, sweetbread, telur, ikan.
-
Sayuran: bit hijau, lobak, mustard hijau, bayam, lobak
cina, buncis kering, kedelai, seledri.
-
Buah: kelembak, semua jenis beri, kismis, buah ara,
anggur.
-
Roti, sereal, pasta: roti murni, sereal, keripik, roti
gandum, semua roti yang dicampur pengembang roti, oatmeal, beras merah, sekam,
benih gandum, jagung giling, seluruh sereal kering (kecuali keripik nasi, com
flakes).
-
Minuman: teh, coklat, minuman berkarbonat, bir, semua
minuman yang dibuat dari susu atau produk susu.
-
Lain-lain: kacang, mentega kacang, coklat, sup yang
dicampur susu, semua krim, makanan pencuci mulut yang dicampur susu atau produk
susu (kue basah, kue kering, pie).
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PENDERITA UROLITHIASIS
A. PENGKAJIAN
Riwayat
Keperawatan dan Pengkajian Fisik:
Berdasarkan
klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah:
1.
Aktivitas/istirahat:
Gejala:
-
Riwayat pekerjaan monoton, aktivitas fisik rendah,
lebih banyak duduk
-
Riwayat bekerja pada lingkungan bersuhu tinggi
-
Keterbatasan mobilitas fisik akibat penyakit sistemik
lainnya (cedera serebrovaskuler, tirah baring lama)
2.
Sirkulasi
Tanda:
-
Peningkatan TD, HR (nyeri, ansietas, gagal ginjal)
-
Kulit hangat dan kemerahan atau pucat
3.
Eliminasi
Gejala:
-
Riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya
-
Penrunan volume urine
-
Rasa terbakar, dorongan berkemih
-
Diare
Tanda:
-
Oliguria, hematuria, piouria
-
Perubahan pola berkemih
4.
Makanan dan cairan:
Gejala:
-
Mual/muntah, nyeri tekan abdomen
-
Riwayat diet tinggi purin, kalsium oksalat dan atau
fosfat
-
Hidrasi yang tidak adekuat, tidak minum air dengan
cukup
Tanda:
-
Distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising usus
-
Muntah
5.
Nyeri dan kenyamanan:
Gejala:
-
Nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri
tergantung lokasi batu (batu ginjal menimbulkan nyeri dangkal konstan)
Tanda:
-
Perilaku berhati-hati, perilaku distraksi
-
Nyeri tekan pada area ginjal yang sakit
6.
Keamanan:
Gejala:
-
Penggunaan alkohol
-
Demam/menggigil
7.
Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala:
-
Riwayat batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit
ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis
-
Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya,
hiperparatiroidisme
-
Penggunaan antibiotika, antihipertensi, natrium
bikarbonat, alopurinul, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau
vitamin.
1.
Tes Diagnostik
Lihat
konsep medis.
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Nyeri (akut) b/d peningkatan
frekuensi kontraksi ureteral, taruma jaringan, edema dan iskemia seluler.
- Perubahan eliminasi urine b/d
stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal dan ureter, obstruksi
mekanik dan peradangan.
- Kekurangan volume cairan (resiko
tinggi) b/d mual/muntah (iritasi saraf abdominal dan pelvis ginjal atau
kolik ureter, diuresis pasca obstruksi.
- Kurang pengetahuan tentang kondisi,
prognosis dan kebutuhan terapi b/d kurang terpajan atau salah interpretasi
terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya
informasi yang ada.
C.
NTERVENSI KEPERAWATAN
1.
Nyeri (akut) b/d peningkatan frekuensi kontraksi
ureteral, taruma jaringan, edema dan iskemia seluler.
INTERVENSI
KEPERAWATAN
|
RASIONAL
|
1.
Catat lokasi, lamanya/intensitas nyeri (skala 1-10)
dan penyebarannya. Perhatiakn tanda non verbal seperti: peningkatan TD dan
DN, gelisah, meringis, merintih, menggelepar.
2.
Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan
kepada staf perawatan setiap perubahan karakteristik nyeri yang terjadi.
3.
Lakukan tindakan yang mendukung kenyamanan (seperti
masase ringan/kompres hangat pada punggung, lingkungan yang tenang)
4.
Bantu/dorong pernapasan dalam, bimbingan imajinasi
dan aktivitas terapeutik.
5.
Batu/dorong peningkatan aktivitas (ambulasi aktif)
sesuai indikasi disertai asupan cairan sedikitnya 3-4 liter perhari dalam
batas toleransi jantung.
6.
Perhatikanpeningkatan/menetapnya keluhan nyeri abdomen.
7.
Kolaborasi pemberian obat sesuai program terapi:
-
Analgetik
-
Antispasmodik
-
Kortikosteroid
2.
Pertahankan patensi kateter urine bila diperlukan.
|
Membantu evaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan
batu. Nyeri panggul sering menyebar ke punggung, lipat paha, genitalia
sehubungan dengan proksimitas pleksus saraf dan pembuluh darah yang menyuplai
area lain. Nyeri tiba-tiba dan hebat dapat menimbulkan gelisah, takut/cemas.
Melaporkan nyeri secara dini memberikan kesempatan
pemberian analgesi pada waktu yang tepat dan membantu meningkatkan kemampuan
koping klien dalam menurunkan ansietas.
Meningkatkan relaksasi dan menurunkan ketegangan otot.
Mengalihkan perhatian dan membantu relaksasi otot.
Aktivitas fisik dan hidrasi yang adekuat meningkatkan
lewatnya batu, mencegah stasis urine dan mencegah pembentukan batu
selanjutnya
Obstruksi lengkap ureter dapat menyebabkan perforasi dan
ekstravasasiurine ke dalam area perrenal, hal ini merupakan kedaruratan bedah
akut.
Analgetik (gol. narkotik) biasanya diberikan selama
episode akut untuk menurunkan kolik ureter dan meningkatkan relaksasi
otot/mental.
Menurunkan refleks spasme, dapat menurunkan kolik dan
nyeri.
Mungkin digunakan untuk menurunkan edema jaringan untuk
membantu gerakan batu.
Mencegah stasis/retensi urine, menurunkan risiko
peningkatan tekanan ginjal dan infeksi.
|
2.
Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih
oleh batu, iritasi ginjal dan ureter, obstruksi mekanik dan peradangan.
INTERVENSI
KEPERAWATAN
|
RASIONAL
|
-
Asetazolamid (Diamox), Alupurinol (Ziloprim)
-
Hidroklorotiazid (Esidrix, Hidroiuril), Klortalidon
(Higroton)
-
Amonium klorida, kalium atau natrium fosfat (Sal-Hepatika)
-
Agen antigout mis: Alupurinol (Ziloprim)
-
Antibiotika
-
Natrium bikarbonat
-
Asam askorbat
|
Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya
komplikasi. Penemuan batu memungkinkan identifikasi tipe batu dan
mempengaruhi pilihan terapi
Batu saluran kemih dapat menyebabkan peningkatan
eksitabilitas saraf sehingga menimbulkan sensasi kebutuhan berkemih segera.
Biasanya frekuensi dan urgensi meningkat bila batu mendekati pertemuan uretrovesikal.
Peningkatan hidrasi dapat membilas bakteri, darah, debris
dan membantu lewatnya batu.
Akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit
dapat menjadi toksik pada SSP.
Peninggian BUN, kreatinin dan elektrolit menjukkan
disfungsi ginjal
Meningkatkan pH urine (alkalinitas) untuk menurnkan
pembentukan batu asam.
Mencegah stasis urine ddan menurunkan pembentukan batu kalsium.
Menurunkan pembentukan batu fosfat
Menurnkan produksi asam urat.
Mungkin diperlukan bila ada ISK
Mengganti kehilangan yang tidak dapat teratasi selama
pembuangan bikarbonat dan atau alkalinisasi urine, dapat mencegah pemebntukan
batu.
Mengasamkan urine untuk mencegah berulangnay pembentukan
batu alkalin.
Mungkin diperlukan untuk membantu kelancaran aliran urine.
Mengubah pH urien dapat membantu pelarutan batu dan
mencegah pembentukan batu selanjutnya.
Berbagai prosedur endo-urologi dapat dilakukan untuk
mengeluarkan batu.
|
- Kekurangan volume cairan (resiko tinggi) b/d
mual/muntah (iritasi saraf abdominal dan pelvis ginjal atau kolik ureter,
diuresis pasca obstruksi.
INTERVENSI
KEPERAWATAN
|
RASIONAL
|
1.
Awasi asupan dan haluaran
2.
Catat insiden dan karakteristik muntah, diare.
3.
Tingkatkan asupan cairan 3-4 liter/hari.
4.
Awasi tanda vital.
5.
Timbang berat badan setiap hari.
6.
Kolaborasi pemeriksaan HB/Ht dan elektrolit.
7.
Berikan cairan infus sesuai program terapi.
8.
Kolaborasi pemberian diet sesuai keadaan klien.
9.
Berikan obat sesuai program terapi (antiemetik misalnya Proklorperasin/
Campazin).
|
Mengevaluasi adanya stasis urine/kerusakan ginjal.
Mual/muntah dan diare secara umum berhubungan dengan kolik
ginjal karena saraf ganglion seliaka menghubungkan kedua ginjal dengan
lambung.
Mempertahankan keseimbangan cairan untuk homeostasis, juga
dimaksudkan sebagai upaya membilas batu keluar.
Indikator hiddrasi/volume sirkulasi dan kebutuhan
intervensi.
Peningkatan BB yang cepat mungkin berhubungan dengan
retensi.
Mengkaji hidrasi dan efektiviatas intervensi.
Mempertahankan volume sirkulasi (bila asupan per oral
tidak cukup)
Makanan mudah cerna menurunkan aktivitas saluran cerna,
mengurangi iritasi dan membantu mempertahankan cairan dan keseimbangan
nutrisi.
Antiemetik mungkin diperlukan untuk menurunkan
mual/muntah.
|
- Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan
kebutuhan terapi b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap
informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang
ada.
INTERVENSI
KEPERAWATAN
|
RASIONAL
|
1.
Tekankan pentingnya memperta-hankan asupan hidrasi
3-4 liter/hari.
2.
Kaji ulang program diet sesuai indikasi.
a.
Diet rendah purin
b.
Diet rendah kalsium
c.
Diet rendah oksalat
d.
Diet rendah kalsium/fosfat
3.
Diskusikan program obat-obatan, hindari obat yang
dijual bebas.
4.
Jelaskan tentang tanda/gejala yang memerlukan
evaluasi medik (nyeri berulang, hematuria, oliguria)
5.
Tunjukkan perawatan yang tepat terhadap luka insisi
dan kateter bila ada.
|
Pembilasan sistem ginjal menurunkan kesemapatan stasis
ginjal dan pembentukan batu.
Jenis diet yang diberikan disesuaikan dengan tipe batu
yang ditemukan.
Obat-obatan yang diberikan bertujuan untuk mengoreksi
asiditas atau alkalinitas urine tergantung penyebab dasar pembentukan batu.
Pengenalan dini tanda/gejala berulangnya pembentukan batu
diperlukan untuk memperoleh intervensi yang cepat sebelum timbul komplikasi
serius.
Meningkatakan kemampuan rawat diri dan kemandirian.
|
D.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Lakukanlah apa yang harus anda lakukan pada saat itu.
Dan catat apa yang telah anda lakukan tidakan pada pasien.
E.
EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi semua tindakan yang telah anda berikan pada
pasien. Jika dengan tindakan yang diberikan pasien mengalami perubahan menjadi
lebih baik. Maka tindakan dapat dihentikan. Jika sebaliknya keadaan pasien
menjadi lebih buruk, kemungkinan besar tindakan harus mengalami perubahan atau
perbaikan
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Urolithiasis
adalah adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius. Urolithiasis merupakan
penyakit yang salah satu tanda gejalanya adalah pembentukan batu di dalam
saluran kemih.
Factor-faktor
yang mempengaruhi pembentukan batu: Idiopatik,gangguan saluran,kemih,gangguan
metabolism,Infeksi saluran kemih oleh mikroorganisme berdaya membuat urease (Proteus mirabilis),dehidrasi,benda
asin,multifaktor,jaringan mati (nekrosis papil).
Tanda
dan gejala penyakit batu saluran kemih ditentukan oleh letaknya, besarnya dan
morfologinya. Manifestasi klinik adanya batu dalam traktus urinarius bergantung
pada adanya obstruksi, infeksi, dan edema. Ketika batu menghambat aliran urin,
terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi
piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi (pielonefritis dan sistitis yang
disertai demam, menggigil dan disuria) dapat terjadi dari iritasi batu yang
terus menerus.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 2, EGC, Jakarta
Doengoes,Merilynn,
E, dkk. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi ketiga, penerbit buku
kedokteran. EGC.1999.
Junaidi, Purnawan, dkk kapita selecta
kedokteran, edisi kedua, FKUI.1982.
Scholtmeijer.R.J. 1987. Urologi. EGC.
Jakarta.
Schrock, Theodore
R. Ilmu Bedah, EGC. Jakarta.
Soeparman & Waspadji, 1996, Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2 Edisi 3, FKUI, Jakarta