AKUT MIOKARD INFARK
3:04 AM Edit This 0 Comments »Definisi
Akut Miokard Infark adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh karena sumbatan pada arteri koroner (Hudak & Galo ; 1997). Sumbatan akut terjadi oleh karena adanya aterosklerotik pada dinding arteri koroner sehingga menyubat aliran darah ke jaringan otot jantung.
Aterosklerotik adalah suatu penyakit pada ateri-arteri besar dan sedang dimana lesi lemak yang disebut Plak ateromatosa timbul pada permukaan dalam dinding arteri sehingga mepersempit bahkan menyumbat suplai aliran darah ke arteri bagian distal (Hudak & Gallo ; 1997).
Proses Terjadinya Infark
Thrombus menyumbat aliran darah arteri koroner sehingga menyebabkan suplai nutrisis dan O2 Ke bagian distal terhambat yang mengakibatkan sel otot jantung bagian distal mengalami hipoksia. karena kejadian itu maka terjadilah iskhemik yang menimbulkan infark. karena suplai oksigen dan ntrisi terhambat, maka serat otot menggunakan sisa akhir oksigen dalam darah. peristiwa selanjutnya adalah hemoglobin menjadi teroduksi secara total dan menjadi berwarna biru gelap,dinding arteri menjadi permiable,edmatosa sel yang berakhir pada kematian sel.
Mekanisme Nyeri Pada AMI :
Sumbatan arteri kororner oleh thrmbus menyebabkan suplai aliran darah kebagian distal terhambat.hal ini menyebabkan bagian distal terjadi hipoksia jaringan sehingga energi sel otot digunakan untuk melakukan metabolisme CO2 (metabolisme anaerob). metabolisme ini menghasilkan asam laktat dan juga merangsang pengeluaran zat-zat iritatif lainnya seperti: histamin, kinin, atau enzim proteolitk selular juga merangsang ujung-ujung syaraf reseptor nyeri di otot jantung. impuls nyeri dihantarkan melalui serat saraf aferen simpatis ke thalamus yang dilanjutkan ke korteks serebri kemudian ke serat saraf eferen. setelah impuls sampai ke serat eferen maka di situlah kita dapat merasakan nyeri.
Perangsang syaraf simpatis yang berlebihan akan menyebabkan:
1. Meningkatkan kerja jantung dengan menstamulasi SA Node sehingga menghasilkan frekuensi denyut jantung lebih dari normal, atau sering disebut takhikardi
2. Merangsang kelenjar keringat, yang menyebabkan ekresi keringat yang berlebihan
3. Menekan kerja parasimpatis, yang mengakibatkan gerakan peristaltic menurun sehingga akumulasi cairan disaluran ke pencernaan. hal ini mengakibatkan regurgitasi dengan ciri-ciri rasa penuh dilambung, yang merangsang pusat mual / muntah
4. vasokontriksi pembuluh darah ferifer, mengakibatkan aliran balik darah vena ke atrium kanan meningkat sehingga tekanan darang meningkat
Faktor Resiko Terjadinya AMI (menurut Framingharm’s)
1. Hiperkolesterolemia > 275 mg/dl
2. merokok sigaret > 20 batang/hari
3. kegemukan >120% dari berat badan ideal
4. hipertensi >160/90 mmHg
5. gaya hidup monoton
Tanda dan Gejala yang timbul pada AMI
1. Nyeri hebat pada dada kiri menyebar ke bahu kiri, leher kiri dan lengan atas kiri
2. Takhikardi
3. Keringat banyak sekali
4. Kadang mual bahkan muntah
5. Dispnea
6. Pada pemeriksaan EKG
a. Fase hiperakut (beberapa jam permulaan serangan)
- Elevasi yang curam dari segmen ST
- Gelombang T yang tinggi dan lebar
- VAT memanjang
- Gelombang Q tampak
b. Fase perkembangan penuh (1-2 hari kemudian)
- Gelombang Q patologis
- Elevasi segmen ST yang cembung ke atas
- Gelombang T yang terbalik (arrowhead)
c. Fase resolusi (beberapa minggu /bulan kemudian)
- Gelombang Q patologis tetap ada
- Segmen ST mengkin sudah kembali iseolektris
- Gelombang T mungkin sudah menjadi normal
1. Pada pemeriksaan darah (enzim jantung : CK & LDH)
a. Creatinin kinase (CK) meningkat pada 6-8 jam setelah awitan infark dan memuncak antara 24 & 28 jam pertama. Pada 2-4 hari setelah awitan AMI normal
b. Dehidrogenase laktat (LDH) mulai tampak melihat pada serum setelah 24 jam pertama setelah awitan dan akan tinggi selama 7-10 hari.
Enzim Meningkat Puncak Kembali normal
CK 3-8 jam 10-30 jam 2-3 hari
CK-MB 1 3-6 jam 10-24 jam 2-3 hari
CK-MB2 1-6 jam 4-8 jam 12-48 jam
LDH 14-24 jam 48-72 jam 7-14 hari
LDH1 14-24 jam 48-72 jam 7-14 hari
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. EKG
Kelainan EKG lebih penting dari pada pemeriksaan fisik. Didapatkan gelombang Q abnormal, elevasi segmen ST dan gelombang T terbalik.
2. Laboratorium
Laju Endap Darah Meningggi, lekositosis, kadar protein C-Reaktif meninggi, kadar SGOT dan LDH (Lactic Dehydrogenase) meinggi, maksimal 1-2 hari setelah infark dan kemudian menurun hingga kahir minggu pertama, Alpha Deydrogenase bertahan lebih lama dalam darah.
3. Radiologi
4. Echocardiografi
5. Pemeriksaan radioisotop
KOMPLIKASI
1. Aritmia
2. Trombo-embolisme, Bila endometrium ventrikel terkena, biasanya penebalan fibrotik dan trombus mural yan gmenyebabkan embolus perifer.
3. Perikarditis, biasanya timbul pada hari kedua atau ketiga. Lokasinya daerah di atas daerah nekrotik atau menyeluruh.
4. Aneurisma ventrikel, pada infark yang meluas, daerah fibrotik dapat meluas dalam waktu berbulan-bulan/bertahun-tahun dan menimbulkan aneurisme jantung (trombus mural).
5. Regurgitasi mitral akut
6. Ruptur jantung dan septum, biasanya terjadi pada akhir minggu pertama atau permulaan minggu kedua, yaitu pada sat fokus iskemik palin glunak. Ruptur akan berakibat perdarahan hebat perikardial dan tamponade jantung. Ruptur septum interventrikel menyebabkan shut kiri ke kanan.
PROGNOSIS
Prognosisi bergantung pada luasnya infark, umur penderita dan cadangan tenaga myocardium. !5-25% meninggal dalam waktu 6 minggu, tetapi biasanya meninggal dalam waktu 48 jam setelah serangan .
Kematian biasanya oleh :
1. Fibrilasi vbntrikel
2. Sohck akibat kerusakan myokardium yan gberat (9%)
3. Payah jantung (40%)
4. Ruptur jantung (5-10%)
5. Embolus trombus mural, sangat berbahaya bila tersangkut pada alat vital seperti otak dan ginjal,
PENATALAKSANAAN
1. Pencegahan primer, pengendalian faktor resiko yang dapat meningkatkan kerentanan penyakit aterogenesis pada pencegahan penyakit : 1) hiperlipidemia, 2) hipertensi, 3) merokok, 4) obesitas, 5) diet tinggi kalori, lemak total. lemak jenuh, kolesterol dan garam, 6) dibetes, 7) gaya hidup yang kurang gerak, 8) stres psikososial.
2. Pengobatan
a. Pengurangan kebutuhan oksigen
ü Pengurangan kerja jantung secara farmakologik :
v Nitrogliserin
v Penghambat beta adrenergik
v digitalis
v deuritik
v vasodilatasi
v sedatif
v antagonis kalsium
ü Penguragan kerja jantung secara fisik
v Tirah baring
v lingkungan yan tenang
b. Peningkatan suplai oksigen
ü Nitroglieserin
ü pemberian oksigen
ü vasopresor
ü antiaritmia
ü antikoagulansia dan agen fibrinolitik
ü antagonis kalsium
3. Revaskularisasi koroner
a. Angioplasty, PTCA (Percutaneus transluminal coronary angioplasty) menjadi salah satu alternatif terhadap operasi pintas koroner untuk beberapa penderit adengan penyempitan ateroskleroik yang resisten terhadap terapi medis.
b. Revaskularisasi bedah, pembuluh standar yang dipakai dala melakukan CABG (Cangkok pintas arteria koroner) adalah vena safena magna tungkai dan arteria mamaria interna kiri (LIMA) dari rongga dada.
c. Terapi trombolitik, trapi utama untuk reperfusi koroner akut adalah segolongan obat yang dikenal sebagai fibrinolitik yang mencakup streptokinase, urokinase, aktivator plasminogen jaringan (TPA), dan kompleks aktivator plasmimogen yang tidak terisolasi (APSAC).
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian
Pengumpulan data
a. Identitas
Umur sering terjadi pada laki-laki umur 35-55 tahun, jenis kelamin laki-laki 2 kalilebih banyak angka kematiannya dari pada perempuan.
b. Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan adalah nyeri dada
P, Nyeri dada
Q, nyeri yang sangat dan terasa pada tiap bagian dada
R, nyeri pada substernal, punggung kiri, lengan dan geraham bawah.
S, Sering kali rasa nyeri disertai easa takut, rasa kehabisan tenaga, berkeringat, pusing, mual dan muntah. Tidak sadar diri dan sesak.
T, nyeri dirasakan mendadak tanpa ada gejela pendahuluan
c. Riwayat penyakit sekarang
Ø Alasan MRS
Menjelaskan riwayat penyakit yang dialami adalah pasien mengeluh sesak dan nyeri dada, sesak bertambah jika aktifitas, keadaan lemah dan nafsu makana menurun
d. Riwayat kesehatan Dahulu
Ø Mempunyai riwayat vaskuler : hipertensi, jantung koroner, miokarditis, jantung ongenital, aritmia
Ø Mempunyai riwayat penyakit DM
e. Riwayat kesehatan keluarga
Terdapat riwayat pada keluarga dengan penyekit vaskuler : HT, penyakit metabolik :DM
f. ADL
Ø Nutrisi : Perlu dikaji keadaan makan dan minum pasien meliputi : porsi yang dihabiskan susunan menu, keluhan mual dan muntah, sebelum atau pada waktu MRS, dan yang trpenting adalah perubahan pola makan setelah sakit
Ø Istirahat tidur : dikaji kebiasaan tidur siang dan malam, berapa jam sehari dan apakan ada kesulitan waktu tidur dan bagaimana perunbahannya setelah sakit klien dengan IMA sering terbangun dan susah tidur klarena nyeri dada dan sesak nafas
Ø Aktifitas : Aktifitas dirumah atau dirumah sakit apakah ada kesenjangan yang berarti misalnya pembatasan aktifitas, pada klien ini biasanya terjadi perubahan aktifitas karena sesak nafas saat aktifitas
Ø Eliminasi : Mengkaji kebiasaan eliminasi alvi dan uri meliputi jumlah, warna, apakah ada gangguan.
Ø Personal Hygiene : mengkaji kebersihan personal Hygienemeliputi mandi, kebersihan badan, gigi dan mulut, rambut, kuku dan pakaian dan kemampuan serta kemandirian dalam melakukan kebersihan diri
g. Data Psikologi
Perlu dikaji konsep diri apakah ada gangguan dan bagaimana persepsi klien akan penyakitnya terhadap konsep dirinya
h. Pemeriksaan Fisik
Secara umum
Ø Meliputi keadaan pasien, cemas, agitasi, perubahan fungsi mental
Ø Kesadaran pasien bisa smapai terjadinya shock
Ø Observasi tanda – tanda vital : tensi (takikardia), nadi lemah pengisian kecil, suhu (diaporesis penuruan pefusi perifer) dan respirasi (takpneu)
Ø TB dan BB untuk mengetahui keadaan nutrisi, penimbunan cairan pada ekstremitas,
Secara khusus :
Sistem integumen
>>> Perfusi jaringan menurun, suhu akral dingin, sianosis, berkeringat
Kepala dan leher
>>> distensi vena leher
Sistem pernafasan
>>> Sesak nafas (dyspneu), rhonci (akumulasi cairan di paru), nyeri dada substernal punggung kiri, pusing, kesadaran menurun (shock)/synkope,
Sistem kardiovaskuler
>>>Aritmia (ekstra sistole), friction rub, palpitasi, hipotensi, takikardia, penurunan nadi perifer, kulit idngin dan pucat, distensi vena leher
Sistem neurologi
>>> Rasa kehabisan tenaga (fatigue), synkope,
sistem pencenraan
>>> Mual dan muntah,
sistem perkemihan
sistem muskoloskletal
>>> Edema perifer, nyeri tungkai
sistem reproduksi
Pemeriksaan penunjang
1. EKG
Kelainan EKG lebih penting dari pada pemeriksaan fisik. Didapatkan gelombang Q abnormal, elevasi segmen ST dan gelombang T terbalik.
2. Laboratorium
Laju Endap Darah Meningggi, lekositosis, kadar protein C-Reaktif meninggi, kadar SGOT dan LDH (Lactic Dehydrogenase) meinggi, maksimal 1-2 hari setelah infark dan kemudian menurun hingga kahir minggu pertama, Alpha Deydrogenase bertahan lebih lama dalam darah.
3. Radiologi
4. Echocardiografi
5. Pemeriksaan radioisotop
Analisa Data
Data yang dikumpulkan dikelompokkan meliputi : data subyektif dan data obyektif kemudian dari data yang teridentifikasi masalah dan kemungkinan penyebab dapat ditentukan yang menjadi acuan untuk menentukan diagnosa keperawatan.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah tahap dari perumusan masalah yang menentukan masalah prioritas dari klien yang dirawat yang sekaligus menunjukkan tindakan prioritas sebagai perawat dalam mengahadapi kasus IMA
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan jantung
2. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan kontraktilitas otot jantung
3. Anxietas/ketakutan (individu/keluarga) berhubungan dengan siatuasi yang tak dikenal, sifat kondisi yang dapat diperkirakan, takut akan kematian, efek negatif pada gaya hidup atau kemunginan disfungsi seksual.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan insufisensi oksigenasi untuk aktivitas kehidupan sehari-hari sekunder terhadap iskemia jaringan jantung, imobilisasi lama, narkotik atau obat-obatan.
5. Risiko terjadinya komplikasi berhubungan dengan inefektifitas penatalaksanaan regimen terapi, kondisi klien, pengobatan.
Perencanaan
Membuat rencana keperawatan dan menentukan pendekatan yang dugunakan untuk memecahkan masalah klien. Ada 3 tahap dalam fase perancanaan yaitu menetukan prioritas, menulis tujuan dan perencanan tindakan keperawatan.
Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan jantung
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan ½ jam klien merasa lebih enak/nyaman
Kriteria :
- Klien tampak tenanag (perilaku tidak gelisah), tidak menyeringai, skala nyeri 1-3
- Klien dapat bekerja sama dalam tindakan dan pengobatan
- Klien dapat menceritakan letak, faktor pencetus, gambaran nyeri
Rencana Tindakan
Rasional
a. Anjutkan klien untuk melaporkan episode nyeri pada petugas
b. Kolaborati dalam pemebrian analgetik dan dokumentasikan tingkat perkembangan nyeri
c. Anjurkan klien untuk bedrest
d. Atur lingkungan yang tenanga dan nyaman
e. Jelaskan penyebab dan kemungkinan faktor pencetus (fisik dan emosional)
f. Monitoring dengan pemeriksaan ECG selama episode nyeri
g. Jelaskan dan bantu dalam penghilangan nyeri seperi :
- perubahan posisi
- Distraksi (aktivitas dan latihan pernafasan)
- Masage
- Latihan relaksasi
a. Interevsni akut dapat mencegah iskemia atau cedera lebi berat
b. Nyeri berat, menetap, tidak menghilang dengan pemberian analgetik dapat mengidentifikasikan infark menetap.
c. Aktivitas meningkatkan kebutuhan oksigen yang dapat menimbulkan nyeri.
d. Stimulasi lingkungan dapat meningkatkan frekuensi jantung dan dapat menimbulkan hipoksia jarigan miokard, nyeri.
e. Penejelasan dengan tenang dapat mengurangi stres yang berhubungna dngen takut dan ketidaktahuan
f. Pemantauan jantung dapat membantu memebedakan varian angina akibat meluasnya infark
g. Tindakan ini dapat membantu mencegah rangsang neyri dari pusat otak yang lebih tinggi denga menggantikan rasangsang nyeri dengan rangsangan lain> relaksasi menurunkan ketegangan otot, menurunkan frekuensi jantung, dapat memperbaiki isi ssekuncup, dan meningkatkan indera kontrol klien terhadap nyeri.
Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan kontraktilitas otot jantung
Tujuan : Setelah dirawat selama 3X 24 jam perfusi jaringan baik
Kriteria ;
- T : 120/80, N : 88X/mnt, Urine 40-50 cc/jam, pusing hilang
- suhu Akral hangat, merah dan kering
- Kapilary refill , 2 detik
Rencana Tindakan
Rasional
1. Berikan posisi syok dan observasi tanda-tanda syok
2. Observasi vital sign (N : T : S ) dan kapilarri refill setiap jam
3. Kolaborasi:
- Pemberian infus RL 28 tts/menit
- pemebrian oksigenasi
- Foto thorak
- EKG
- Lanoxin IV 1 ampul
- Lasix 1 ampul
- Observasi produksi urin dan balance cairan
- Periksan DL
1. Memenuhi kebutuhan perfusi otak dan jaringan
2. Untuk mengetahui fungsi jantung dalam upaya mengetahui lebih awal jika terjadi gaguann perfusi
3. RL untuk memenuhi kebutuhan cairan intra vaskuler, mengatasi jika terjadi asidosis mencegah kolaps vena.Untuk memastikan aanatomi jantung dan melihat adanya edema paru. Untuk melihat gambaran fungai jantung. Memperkuat kontraktilitas otot jantung Meningkatkan perfusi ginjal dan mengurangi odem. Melihat tingkat perfusi dengan menilai optimalisasi fungsi ginjal. Untuk melihat faktor-faktor predisposisi peningkatan fungsi metabolisme klliensehingga terjadi peningkatan kerja jantung.
Anxietas/ketakutan (individu/keluarga) berhubungan dengan siatuasi yang tak dikenal, sifat kondisi yang dapat diperkirakan, takut akan kematian, efek negatif pada gaya hidup atau kemunginan disfungsi seksual.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan dlam waktu 1 – 2 x 60 menit diharapkan klien adaptasi dengan kondisi dan cemas berkurang
Kriteria :
Ø Secara verbal dan non verbal klien mengerti tentang apa yang dijelaskan oleh perawat,
Ø Klien tampak lebih tenang dan itngkat ansietas tenang , skala cemas < 6
Ø Tanda vital dalam batas normal
Rencana Tindakan
Rasional
1. Bina Hubungan Saling Percaya dengan pasien dan keluarga
2. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan terhadap kondisinya sekarang
3. Jelaskan kondisi dan proses perawatan kepada klien dan keluarganya
4. Berikan privacy dan lingkungan yang nyaman, perasaan tentang pemahaman dan empati, identifikasi dan dukung mekanisme koping
5. Ajak keluarga lkut serta membantu dan memberikan dukungan moril
Sikap perawat yang terbuka dapat mengurangi perasaan terancam saling percaya dan membantu memperluas dan menerima semua aspek diri klien
Pengungkapan memungkinkan untuk saling berbagi dan memberi kesempatan untuk memperbaiki konsep yang tidak benar.
Beberapa rasa takut didasari oleh informasi yang tidak akurat dan dapat dihilangkan dengan memberikan informasi akurat. Klien dengan anxietas berat atau panik tidak dapat menyerap pembelajaran.
Anxietas cendrung memperburuk masalah , menjebak klien pada lingkaran peningkatan anxiatas, tegang dan emosiaonal dan nyeri fisik.
Peran keluarga sangat penting dalam program therapy sebagai orang terdekat dan mengenal kepribadian klienMengarahkan mekanisme koping yang efektif untuk menghindari tindakan yang menyimpang
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan insufisensi oksigenasi untuk aktivitas kehidupan sehari-hari sekunder terhadap iskemia jaringan jantung, imobilisasi lama, narkotik atau obat-obatan.
Tujuan :
Setelah diberikan tindkaan keperawatan 2 hari klien dapat aterepenuhi kebutuhan AKS
Kriteria :
- Klien dapat mengidentifikasi faktor-fakrtor peningkatan bebean kejra jantung
- Respon fisiologis terhadap ativitas (nadi pernafasan, tekanan darah stabil) pada peningkatan aktivitas.
- Ada tingkat kemajuan aktivitas
Rencana Tindakan
Rasional
b. Tingkatkan aktivitya sklien secara bertahap :
- Susun ambulas yang diperbolhekan sesuai dengan kondisi dna kemampuannya
- Tingkatkan aktivitas perawatan diri
c. Monitor tanda-tanda vital
- Sebelum aktivitas (ambulasi, perawatan)
- Segera setelah aktivitas
- Setalh klien istirahat selama 3 menit
d. Monitor respons abnormal terhadap peningkatan aktivitas
e. Atur periode istirahat adekuat sesuai jadual harian
f. Beri reinforcement terhdap kemajuan aktivitasnya
g. Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dan beri kesempatan klien sesuai dengan kemampuannya
a. Kemajuan aktivita sbertahap, diarahkan melalui toelrasni klien, emingkatkan fungsi fisiologis dan menurhkan hipoksia jaringna jantung.
b. Peningkatan frekuens jantung dan kekuatan nadi, peningkatan tekanan darah sistolik, dan pernafasan setelah 3 menit nadi harus kembali dalam 10 kali/menit dari frekuensi istirahat.
c. Respon abnormal meningkatan intoleransi terhadap peningkatan aktivitas.
d. Periode istirahat memberi kesemaptan tubuh untuk penggunaaan energi yang rendah
e. Memberikan pujian dan meningkatakn perilaku positif dan mengurangi frustasi karena ketergantungan.
f. Penghematan energi mencegah kebuthan oksigen melebihi tingkat yang dapat dipenuhi jantung.
Risiko terjadinya komplikasi berhubungan dengan inefektifitas penatalaksanaan regimen terapi, kondisi klien, pengobatan.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 minggu klien kembali dalam keadaan normal
Kriteria :
- Klien tampak membaik kondisinya
- Komplikasi minimal
Rencana Tindakan
Rasional
1. Monitor tanda dan gejala disritmia :
- frekuesni irama jantung abnormal, palpiatasi dan synkope
- gangguan hemodinamik, hipotensi
- kedaruaratan jantung (henti jantung)
2. Peratahankan terapi oksigen sesuai program
3. Monitor tanda dan gejala sok kardiogenik
- Takikardia, haluaran urin < 30 cc/jam
- Gelisah, agitasi, perubahan fuingsi mental
- Takipnea, penurunan nadi perifer, kulit dingin, pucat, atai sianotik
- MAP < 60 mmHg
4. Monitor tanda dan gejala gagal jantung kongestif dan penurunan jurah jantung :
- frekuensi jantung meningkat, nafas pendek dan meningkat
- bunyi nafas tambahan
- tekanan darah sistoleik menurun, peningkatan gallop S 3/S4
- Edema perifer, distensi leher
5. Monitor tanda dan gejala tromboembolism :
- nadi perifer menurun ,
- sianosis, nyeri tungkai
6. Monitor tanda dan gejala perikarditis
- nyeri dada perubahan pernafasan dan posisi
- gesekan perikardia;
- peningkatan suhu
- Perubahan segemen ST
7. Monitor tanda dan gejala berulangnya IM ;
- nyeri dada hebat
- peningkat dyspneu
- Peneingkatan ST elevasi dan gelombang Q abnomral pada ECG
8. Monito gejala dan tanda ruptur jantung
- Huipotensi, distensi leher, takikardia
- pulsus paradoks
9. Kolaboratif :
- pengobatan Vasodilatsi, antiangina, beta bloker, analegetik, sedatfi, hipnotik
- Teapi intravena, pemberian cairan dan obat
- Pemeriksaan lab, Enzim jantung, elektrolit, SDP, LED, Kimia darah
- Pemeriksaan diagnostik, ECG, Ekokardiogram
- Oksigenasi
1. Iskemia jringan mengakibatkan tidak stabil secara elektrik menyebabkan disritmia, seperti kontraksi ventrikel premtaur yang meninbulkan fibrilasi ventirkel dan kematian. Disritmia akibat reperfusi jaringan iskemia sekunder trombolitik.
2. Terapi suplemen oksigen meningkatkan sediaan oksigen sirkulasi pada jaringan miokard
3. Syok kardiogenik terjadi karena kehilangan /kerusakan miokard, penurunan isi sekuncup dan jurah jantung.
4. Gagal jantung kongestif disebabkan IM, yang menurunkan kemampuan ventrikel kiri untuk memompa darah, sehingga menurunkan curah jantung dan meningkatkan kongesti pulmonal.
5. Tirah baring lama meingkatakan viskositas dan koagulbilitas darah dan penurunan curah jantung menunjang pembentukan trombus.
6. Kerusakan pada epicardium menyebabkan menjadi kasar, yang cenderung mengiritasi dan menginflamasi jantung.
7. Tamponade jantung terjadi akibat akumulasi kelebihan cairan pada spasium perikardial yang menyebabkan keruskan fungsi jantung dan penurunan curah jantung.
6. Pelaksanaan.
Pelaksanaan merupakan realisasi dari rencana keperawatan yang merupakan bentuk riil yang dinamakan implementasi, dalam implementasi ini haruslah dicatat semua tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap klien dan setiap melakukan tindakan harus didokumentasikan sebagai data yang menentukan saat evaluasi.
7. Evaluasi
Evaluasi adalaha merupakan tahapa akhir dari pelaksaan proses keperawatan dan asuhan keperawatan evaluasi ini dicatatat dalam kolom evaluasi dengana membandingkan data aterakhir dengan dengan data awal yang juga kita harus mencatat perkembangan pasien dalam kolom catatan perkembangan.
Daftar pustaka
Marini L. Paul (1991) ICU Book, Lea & Febriger, Philadelpia
Tabrani (1998), Agenda Gawat Darurat, Pembina Ilmu, Bandung
Carpenitto (1997) Nursing Diagnosis, J.B Lippincott, Philadelpia
Hudack & Galo (1996), Perawatan Kritis; Pendekatan Holistik, EGC , Jakarta
PA FKUA. 1994. Paket Kuliah Patologi 2. FKUA. Surabaya - Indonesia
Sylvia, 1996. Patofisologi. EGC. Jakarta
0 comments:
Post a Comment