CERITA RAKYAT KALIMANTAN SELATAN

9:10 PM Edit This 7 Comments »

Dahulu kala ada sebuah keluarga nelayan mempunyai seorang anak laki-laki. Bila mereka pergi bekerja, anaknya tinggal di rumah untuk menjaga rumah.

Pada suatu hari suami-isti nelayan itu memasuki alat penangkap ikan mereka yang berupa tangguk besar. Sial, seekor pun tidak ada yang masuk. Meskipun demikian mereka tidak putus asa. Tangguk tetap dimasukkan dan diangkat berulang-ulang tanpa mengenal lelah. Akhirnya, ketekunan meeka berhasil juga. Pada waktu mereka mengangkat tanggukmereka untuk kesekian kalinya, ternyata di dalamnya terdapat sebutir telur yang sangat besar. Karena ngeri benda ajaib itu, telur itu segera mereka masukkan kembali ke dalam air. Anehnya, setiap kali mereka mengangkat tangguknya, setiap kali ada pula telur itu dan setiap kali segera mereka masukkan kembali ke dalam air. Keadaan ini berulang terus, walaupun telah mereka pindahkan tangguk mereka ke tempat lain. Rupanya telur itu berkeras hati untuk tetap bersama mereka. Akhirnya, karena putus asa telur itu pun dibawa pulang.

Sesampainya di rumah, anak kesayangan mereka sedang tidur pulas. Karena tidak mendapatkan ikan, maka telur itu pun direbusnya. Setelah matang, telur itu mereka makan sebagai lauk teman nasi.

Begitu perut mereka kenyang, timbullah suatu keajaiban. Kedua suami istri itu perlahan-lahan berganti rupa menjadi dua ekor naga yang besar. Keajaiban ini tidak menimpa putra mereka karena ia belum sempat memakan telur itu.

Setelah terjaga dari tidurnya, anak itu pun menjadi ketakutan sewaktu melihat keadaan orang tuanya. Ia pun menangis karena sedih. Melihat itu, kedua naga itu segera menjilati pipi putra merekayang sangat mereka kasihi itu. Setelah anaknya tenang, ayahnya menasehati, agar tidak mekan telur di atas dulang. Telur itu adalah telur naga putih yang hidup di sungai tempat mereka sering mencari ikan dan siapa saja yang memakan telur itu akan menjadi naga seperti mereka. Setelah meninggalkan pesan itu, kedua naga itu pun terjun ke dalam sungai untuk bertempur dengan naga putih yang telah mengubah wujud mereka.

Dua pesan lainnya mereka berikan juga pada putranya. Apabila timbul darah mereh pada sungai, itu berarti mereka kalah. Namun, bila timbul darah putih, itu berarti naga putihlah yang kalah. Tanda hasil pergulatan itu akan terlihat apabila hujan turun rintik-rintik pada hari panas dan timbul pelangi di antara langit dan bumi.

Setelah orang tuanya masuk ke dalam sungai, anak itu duduk termenung. Ia terlalu kecil untuk menghadapi kenyataan hidup seperti itu. Setiap hari ia memandangi air sungai. Berharap agar kedua orang tuanya muncul lagi. Hingga pada suatu hari hujan turun rintik-rintik, di langit ada pelangi berwarna-warni, pada saat itulah air sungai mentembulkan warna putih seperti susu. Anak itu yakin sekarang kalau kedua orang tuanya telah memenangkanpertempuran denga si naga putih.

Namun, ayah dan ibunya tk pernah kembali ke rumah lagi. Anak itu menunggu di tepi sungai dan terus menunggu hingga akhir hayatnya ia memang tidak dapat hidup sendiri tanpa orang tuanya.

Tempat kejadian cerita ini sekarang disebut Lok Si Naga atau Lok Lua artinya Sungai Naga.

7 comments:

infogue said...

Artikel anda:

http://hiburan.infogue.com/
http://hiburan.infogue.com/cerita_rakyat_kalimantan_selatan

promosikan artikel anda di www.infoGue.com. Telah tersedia widget shareGue dan pilihan widget lainnya serta nikmati fitur info cinema untuk para netter Indonesia. Salam!

Kamal Ansyari Abinya Naira dan Haikal said...

Ulun bingung knpa kisah ini mirip lawan kisah kami di Lukloa Kandangan, coba pian cek ka Kandangan,takuni ka kampung Lukloanya,pasti buhan kampung situ tahu banar kisah si rintik wan si ribut ini.

Mun kami di kandangan ada ngaran sidin si naga tadi yaitu Datu Ningkurungan luk sinaga, malah tiap tahun buhan kampung Loklua di Kandangan selalu ma arak kepala Naga yang harus di payungi warna kuning pas acara ba arak.

Karena di Lukloa tadi masih ada juriat katurunan Datu Ningkurungan, marganya dahulu pas ma arak kapala naga bapayung kuning td,naganya bagagah.Pas ditimpas urang kaluar darah.Dan itu memang kajadian nyata ada buktinya.

Di bawah jembatan Lukloa Kandangan masih ada Taluknya sidin badiam,karena menurut kisah orang tuha Kandangan bahari kajadian si rintik wan si ribut itu di aliran sungai amandit di Lukloa Kandangan.

Mun pian ka Lukloa di Kandangan takuni ha orang situ asal mula kisah kampung Loklua,pasti sama wan kisah di artikel pian ini.

Kamal Ansyari Abinya Naira dan Haikal said...

Saya dukung pelestarian khazanah cerita rakyat kandangan, kalimantan selatan seperti datuk panglima hamandit, datu ramanggala di ida manggala sungai raya, datu ulin dan asal mula kampung ulin, legenda batu laki dan batu bini di padang batung, legenda gunung batu bangkai loksado, legenda datu ayuh/sindayuhan dan datu intingan/bambang basiwara di loksado, kisah datu ning bulang di hantarukung, datu durabo di kalumpang, datu patinggi di telaga langsat,legenda mandin tangkaramin di malinau, kisah telaga bidadari di hamalau, datu kandangan dan datu kertamina, datu hamawang dan sejarah mesjid quba, tumenggung antaluddin mempertahankan benteng gunung madang, bukhari dan perang amuk hantarukung di simpur, datu naga ningkurungan luk sinaga di lukloa, datu singakarsa di pandai, datu buasan di hamparaya, sejarah mesjid ba angkat di wasah, dakwah penyebaran agama islam datu taniran dan datu balimau, kuburan tumpang talu di parincahan, pahlawan wanita aluh idut di tinggiran, panglima dambung di padang batung, gerombolan pemberontak ibnu hajar, sampai cerita tentang perang kemerdekaan Divisi IV ALRI yang dipimpin Brigjen H. Hasan Basyri dan pembacaan teks proklamasinya di Kandangan.Semuanya adalah salah satu aset budaya dan sejarah bagi Kalimantan Selatan.

syahriza gen said...

alhamdulillah..ada jua nang ma angkat kesah datu kami..mun hdk tahu kesah2 nang behubungan lwn sidin kontak ja kami di erwintala111@gmail.com

syahriza gen said...

Rumah wadah sidin turun ke banyu itu masih ada,tp sudah berubah rumah anjung 2 buah betatai..di muka rumah tu ada pohon belimbing nang umur nya sdh ratusan tahun..ampun rumah itu datu kami datu ayang..wahini nang mandiami anak cucu sidin..di rumah situ lah nini,mama ulun ganal..datu naga atau ngaran sidin asli Abdul Hamid rancak naik ke rumah tinggi tu waktu mama umur 10 tahunan ..sepupu almarhumah nini yg rancak jd media sidin..banyak papasan sidin nang kd kw kami buka di sini karena rahasia keluarga..kecuali gsn juriat sidin jua..kesah2 yg ada di blog2 sebagian bujur sebagian rampai urg bahari...keris naga runting nang asli masih ada di loklua..

Unknown said...

Salut mendangar Kisah x. Dwdah kami d desa seradang kecamatan haruai pernah kejadian hal serupa yakni pas angin ribut keluar naga. Itu jar ketrunan buhan x jar ixa tu. Moga jadi kisah yg tak bekalan hilang sampai akhir jaman nanti.

Saya pxa mertua kata adik ipar punya telur tpi kda tahu telur apa. Akan tetapi pas kebakaran telur itu hilang dan abiz kebakaran keluar binatang seperti tadung batanduk. Sdin asli kandangan

Unknown said...

Lawas bnr kisahnya sdh..mun kda salah ulun masih sd kelas 1..tapi itu lh faktanya..tiada kisah kalau tiada kenyataan..mantaaaaaff