Maafkan Aku Tuhan
10:13 PM Edit This 0 Comments »“RAN… Rani, tungguin aku dong!!! Kenapa sich kita mesti buru-buru pulang?”, keluh selly, sahabat karibku sejak kecil.
“Aku cuma gak mau ketemu dengan Indra, ayo Selly kita harus cepat! Jangan sampai Indra berhasil ngejar kita”, jawabku sambil berjalan tergesa-gesa.
“Kamu dengan Indra ada masalah apa sich? Seingatku sejak SMP kalian berteman gak pernah sekalipun bertengkar!”.
“Gak ada masalah apapun diantara kami Sel”, jawabku.
Kami tiba-tiba berhenti berjalan, Selly menatap mataku dengan tajam untuk mengetahui apakah aku mengatakan hal yang jujur padanya. Tapi aku masih tetap terdiam dan berusaha menghindar dari tatapan Selly.
“Kamu jangna bohong Ran!” protes Selly padaku.
Tapi aku masih membisu dan berjalan meninggalkan Selly yang masih menunggu penjelasanku. Selama perjalanan pulang kami tidak saling berbicara, aku tidak tau apa yng dipikirkn Selly sekarang. Aku berharap dia bisa mengerti posisiku saat ini.
Selama semalam aku memikirkan masalah yang aku hadapi dan akhirnya, keesokan harinya aku putuskan memberi tahu Selly tentang masalah yang terjadi antara aku dan Indra, ketika ia datang ke rumahku untuk belajar kelompok.
“Apa Ran??, jadi kamu menghindar dari Indra selama 3 hari ini hanya gara-gara dia nembak kamu!. Lalu kamu jawab apa?” “Aku belum jawab apa-apa, aku pergi meninggalkannya saat itu?”
“kenapa kemu gak jawab (ya), kamu bodoh ran!. Indar cowok yang baik, pintar dan cakep. Semua cewek di kelas pada suka sama dia, tapi gak ada satupun yang ditanggapi sama Indra. Sekarang kamu malah nolak dia, bukannya kamu sudah lama suka sama Indar?”
“Karena aku sayang sama dia, jadi aku nggak bisa nerima dia jadi pacarku. Dia terlalu sempurna untukku.”
“kalian pasangan serasi, kamu pinter selalu jadi juara umum sejak SMP sampai kelas 2 SMA seperti sekarang. Kamu juga cantik Ran, lalu kurang apalagi?”.
“Fisikku!!! Itu yang membuat kami tidak serasi. Aku nggak meu dikasihani hanya karena kakiku yang cacat,” jawabku dengan nada suara yang tinggi.
Aku tidak tau kenapa tiba-tiba aku menjadi marah padahal Selly, yang berusaha membantu menyelesaikan masalahku. Sebenarnya aku marah kepada diriku sendiri, yang selalu menyesali kekuranganku karena memiliki fisik yang tidak sempurna. Ya… aku lahir ke dunia denga ukuran kaki yang tidak sama. Kaki kananku ukurannya lebih kecil dari kaki kiriku. Teman-teman sekolah menilai diriku sebagai gadis yang tabah dalam menerima takdir. Bahkan mereka kagum padaku karena aku pintar dan sering menjuarai lomba karya tulis ilmiah baik tingkat local maupun nasianal. Tapi mereka tidak pernah tau ada pergolakan batin dalam diriku yang membuatku terkadang menjadi kurang percaya diri.
“Tapi kamu nggak bisa terus menghindari Indra, kamu harus selesaikan masalah di antara kalian. Aku gak mau kehilangan dua sahabat baikku” jelas Selly yang memecah keheningan di antara kami.
“Beri aku waktu, untuk saat ini aku masih bingung tentang apa yang harus aku lakukan,” “Dengarkan dan ikuti kata hatimu, aku yakin dia akan memberikan solusi terbaik untukmu Ran!”
Kring…..Kring….
Bel tanda berakhir pelajatran telah berbunyi. Aku tergesa-gesa memasukkan semua buku pelajaranku ke dalam tas, aku harus segera meninggalkn kalas sebelum Indra datang ke kalasku. Selama 3hari ini aku terus berusaha menghindar dari Indra. Namu terlambat, seorang pria berbadan tegap dengan tas diselempag di bahunya telah menunggu di depan pintu. Semua teman-teman berhambur ke luar kelas, tinggal aku dan Indra. Mata kami saling bertemu, untuk sesaat suasana menjadi begitu hening. Tiba-tiba tubuhku membeku, buku dan kotak pensilku yang ada di tangan terjatuh sehingga menimbulkan suara keras. Indra datang menghampiriku dan membantuku mengumpulkan semua peralatan sekolahku yang berserakan.
“sampai kapan kamu mau menghindariku Ran?” tanyanya sambil menyodorkan peralatan sekolahku.
“Maafin aku Dra, aku…aku…”
“Apa salahku Ran? Sampai kamu harus menghindariku sejak aku bilang suka sama kamu. Atau kamu sudah suka cowok lain, siapa dia Ran?”
Aku tetap diam dan pergi meninggalkan Indra sambil menangis, aku ingin sekali berlari agar dia tidak dapat mengejarku. Tapi itu tidak mungkin, untuk berjalan saja aku masih memerlukan bantuan tongkat. Di depan gerbang sekolah Indra berhasil mengejarku dan memegang erat pergelangan tanganku. Aku berusaha menghindar tanpa meghiraukan keadaan jalan yang ramai dengan kendaraan bermotor, aku tetap nekat menyeberang. Aku seperti mendengar teriakan Indra dan tiba-tiba sebuah truk mendekat.
Ketika aku sadar kudapati tubuhku tergeletak tak berdaya di salah satu kamar rumah sakit. Dengan beberapa selang infuse terpasang di tanganku. Selly menatapku dengan lembut, matanya merah seperti habis menangis.
“Apa yang terjadi sel? Mana Indra?” tanyaku dengan suara lemah.
Air mata Selly mulai mengalir seakan tak bisa berhenti. “In…Indra udah me.ni…nggal Ran ke..ti..ka tiba di ru..mah sa….kit, dia ber…usaha nolong ka..mu” jawab Selly dengan terbata-bata.
Ku tatap langit-langit rumah sakit dengan pandangan hampa, tanpa aku sadari air mataku mengalir deras tanpa berhenti. Mungkin TUHAN sedang meghukumku karena aku tidak mensyukuri apa yang telah aku miliki. Selama ini aku hanya menyesali fisikku yang tidak sempurna. Padahal TUHAN telah memberiku begitu banyak, orang tua yang begitu sayang, kecerdasan, sahabat yang baik seperti Selly. Dan yang terpenting adalah aku telah menolak dan menyakiti seseorang yang TUHAN kirim, yang begitu mencintaiku dengan tulus. Kini TUHAN mengambilnya dari sisiku.
“Tidak… oh….TUHAN maaf… maafkan aku, Indra aku say…sayang kamu” teriakku berharap Indra bisa mendengarkannya, walau aku tau semua telah terlambat karena Indra telah pergi untuk selamanya. Sejak saat itu aku berjanji kepada diriku sendiri akan selalu mensyukuri apa yang telah aku miliki, dan berharap Tuhan akan memaafkan atas kesalahanku. Semoga suatu saat Tuhan memberikanku satu kesempatan lagi untuk menerima cinta yang tulus dan suci dari seorang, yang bersedia menemaniku mengarungi kehidupan ini.
0 comments:
Post a Comment